Pesan Filsafat untuk Negara-negara G-20

Sekapur sirih

G-20. Group of Twenty, 20 Negara Anggota G-20 akan bersidang di Indonesia, Bali, tanggal 15-16 November 2022. Satu kehormatan luar biasa untuk Indonesia sebagai tuan rumah. Motto pertemuan ini, ‘Recover together, Recover stronger’, ‘Pulih bersama, Pulih menguat’. Pemulihan ke dalam dan ke luar baik dalam kelompok G-20 maupun di luarnya. Masyarakat sedunia harus menghayati dan melaksanakan isi motto ini, sama-sama memulihkan diri dalam segala bidang kehidupan dan terus berkelanjutan pemulihan itu dari saat ke saat. Semua orang harus berperan.

Sebagai warga negara Indonesia, penulis menyodorkan pesan moral ini dalam bentuk suguhan ‘sirih-pinang’ tanda menjamu dengan segenap hati para tamu yang datang. Selamat datang, selamat bersidang. Pesan-pesan ini sudah sempat dimuat di Kompasiana, Juli-Agustus 2022 dan disajikan dalam buku kecil ini untuk mudah disimak oleh pembaca di Indonesia dan bagi para tamu, boleh dijadikan oleh-oleh.

Limpah terimakasih untuk Kompasiana dan Penerbit yang memberi peluang untuk penyebaran pesan-pesan singkat ini. Tuhan memberkati semua pihak.

Kupang, September 2022

Anton Bele

  1. Sama

Sama. Sama baru bisa bertemu. Kalau tidak sama, mana bisa bertemu. Sama dalam hal apa? Namanya kita manusia ini, sama. Semua itu manusia. Kecil-besar, tua-muda, kaya-miskin, sama-sama manusia. Tempat berbeda, status sosial berbeda, tapi sama. Kita manusia ini sama dalam Nafsu. Semua mau makan dan makan. Kita punya Nalar ini sama. Mampu berpikir dan mengalami. Beda di tingkat luas dan dalamnya pengetahuan. Semua manusia ada Naluri yang sama untuk bergaul dan saling mengenal. Dalam Nurani setiap manusia sama-sama merasa bahwa dirinya sama dengan diri-diri yang lain karena berasal dari DIA, TUHAN dan akan kembali kepada DIA. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Kesadaran akan adanya kenyataan bahwa sama dalam hal yang sangat mendasar, sama-sama ciptaan TUHAN inilah yang mendorong manusia dengan manusia untuk bertemu. Duduk itu sama, hanya lain duduk di kursi lain duduk di lantai. Tidur itu sama, bedanya ada yang di kasur ada yang di dapur. Waktu bertemu, setiap manusia itu sama dalam  berpikir, berpendapat dan bersuara.  Bedanya hanya dalam cara dan gaya.

Sama di bumi, sama di angkasa. Terkadang kita manusia ini kurang sadar bahwa sama-sama menghuni bumi yang sama. Berampas batas, berebut laut, padahal tanah yang berbatas, laut yang berombak itu sama kita diami sama kita arungi. Kita sama dalam status penumpang bis yang sama-sama berangkat ke tujuan yang sama. Aneh, dalam bis yang sesak dan sempit masih sikut-menyikut. Perjalanan jadi tidak nyaman.

Pertemuan dua puluh kesatuan, Uni Eropa dan sembilan belas negara yang menamakan diri ‘G-20’ adalah pertemuan bermartabat antara manusia-manusia yang sama  rasa dan sama  arah. Dua puluh kumpulan manusia ini sama-sama pikir dan buat yang baik untuk diri dalam kelompok sambil sama-sama pikir dan buat yang baik untuk kelomp0k yang lain yang sama-sama huni bumi yang sama ini.

Sama dalam niat dan sama dalam semangat untuk maju dan nikmati sama-sama apa yang ada di belahan bumi ini yang jadi bahagian dari semesta semesta yang sama. Inilah motivasi luhur dari yang namanya Negara-negara yang berkumpul dalam ‘G-20’. Dalam kesadaran akan rasa senasib-sepenanggungan setiap kita manusia ini tidak diperkenankan untuk betemu dan  berkumpul untuk bergumul. Bumi ini bukan arena tinju. Adu jot0s itu tidak manusiawi. Otot ada dalam kendali otak untuk saling merangkul bukan saling mencekik.

Beda tempat tinggal tapi sama-sama satu keluarga. Saudaraku di Rusia, saudariku di Afrika, pamanku di Amerika, tantaku di Eropa, dalam status apa pun saja, kita sama-sama tinggal di rumah yang sama, rumah bumi ini. Tanam apa saja hias halaman kita. Tabur apa saja penuhi sawah-ladang kita. Sama-sama kita siangi, sama-sama kita tuai. Salahnya di mana sehingga ada yang tanam sendiri tuai sendiri, makan sendiri kenyang sendiri. Perbaiki yang salah ini dan benarkan arah agar kita sama-sama bergandeng tangan bersatu hati dalam dekapan DIA, SANG PENCIPTA kita.

2.Nafsu

Nafsu. Dorongan dalam diri manusia adalah Nafsu yang berkaitan langsung dengan benda-benda sekitar. Itulah Nafsu dalam arti yang sebenarnya..  Dorongan untuk kontak fisik dengan sesama manusia juga termasuk dalam peran unsur Nafsu dalam diri manusia. Nafsu itu baik sejauh diarahkan untuk hal yang baik. Gagasan terbentuknya kelompok ‘G20’ yang tahun  2022 ini akan bertemu di Indonesia termasuk hasil nyata dari Nafsu. Nafsu itu unsur dalam diri manusia yang erat kaitannya dengan Nalar, Naluri dan Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Nafsu untuk bertemu itu baik sekali sejauh motivasinya murni, bertemu untuk berbicara, bersepakat untuk buat hal-hal yang baik, benar dan berguna bagi kehidupan manusia. Nafsu yang positif itu terwujud dalam pemikiran yang jernih (Nalar), pergaulan yang sehat (Naluri) dan tindakan penuh kasih dan sayang (Nurani).

Bumi ini dihuni, ditata dan dinikmati karena ada Nafsu dalam diri manusia. Pertanian, Peternakan, Perikanan adalah kegiatan nyata dari dorongan Nafsu. Pertanian yang baik itu tidak merambah hutan sesuka-hati. Pertanian yang sehat itu tidak menggunakan pupuk buatan  dari bahan kimia yang merusak lingkungan sekitar. Peternakan yang baik itu membiakkan ternak secara tepat tanpa penggemukan secara paksa dengan pemberian makanan kimia. Perikanan yang tepat itu menangkap ikan dan binatang laut tanpa merusak biota laut. Semua kegiatan ini hasil Nafsu dalam diri manusia. Nafsu yang tidak terkendali tampak dalam keserakahan manusia yang merusak tanah, laut dan udara dengan pengotoran yang membahayakan. Usaha tambang apa pun termasuk dalam dorongan Nafsu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kalau pertambangan tidak terkendali, maka kita gali lubang untuk diri sendiri.

Pencegahan keserakahan Nafsu tak terkendali inilah yang harus menjadi bahan pembicaraan dalam pertemuan ‘G20’. Bumi ini ada unuk manusia. Bumi tidak boleh dikuras secara kasar dengan Nafsu yang tak terkontrol. Penggarapan tanah secara liar, pengotoran laut, pencemaran udara termasuk dalam pelampiasan Nafsu manusia yang tidak memakai Nalar yang benar, melawan Naluri untuk hidup bersama sesama dengan tenang, menodai Nurani dengan tindakan melawan kasih pada sesama dan sembah bakti pada TUHAN.

Pertemuan ‘G20’ adalah  hasil dorongan Nafsu yang sehat. Dalam pertemuan akbar ini diharapkan Nafsu para anggota ‘G20’ untuk mengelola alam diserasikan dengan moral, santun hidup bersama memelihara alam ciptaan TUHAN. Para  anggota ‘G20’ menjadi teladan bagi seluruh penduduk dunia dalam cara menyalurkan Nafsu secara terkendali, terukur dan teratur. Itulah yang diidamkan oleh kita semua manusia dan diberkati oleh TUHAN SANG PEMILIK alam semesta.

  1. Nalar

Nalar. Kemampuan yang menjadi unsur kedua dalam diri manusia, adalah Nalar. TUHAN beri kita Nalar guna mengkaji dan mempertimbangkan segala sesuatu dari sisi benar, baik dan bagus untuk kehidupan manusia.

Nalar ini  mengendalikan  Nafsu, menuntun Naluri dan menenangkan Nurani. Kerjasama empat unsur dalam diri manusia ini menghasilkan hidup diri kita manusia ini seimbang, serasi, aman dan tenteram. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Manusia dengan manusia bertemu dalam kendali Nalar. Kelompok ‘G20’ yang sudah terkelompok dan bertemu, memakai Nalar dalam merancang acara pertemuan agar dengan Nalar berbicara teratur dan terarah ke tujuan yang baik, benar dan bagus. Bertemu lalu bertengkar, tanda Nalar kurang dipakai secara tepat.

Dengan Nalar para delegasi ‘G20’ yang bertemu membagi pengetahuan dan pengalaman untuk membangun dunia ini secara tepat penuh manfaat.

Nalar kalau disalah-gunakan akan terjadi tipu-menipu di antara kita manusia. Yang benar dipersalahkan, yang salah dibenarkan. Itulah penyalah-gunaan Nalar.

Nalar yang benar tidak kikir untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Terbuka untuk dikritik dan dikoreksi.

Dalam pertemuan ‘G20’ harap itu yang terjadi, membentangkan seluas-luasnya kebenaran untuk dimanfaatkan dan mengoreksi kesalahan dengan santun agar persaudaraan tidak tercoreng. Katakan yang benar itu benar, salah itu salah. Itulah perilaku pelaku pembangunan yang memakai Nalar secara benar.

Nalar itu berasal dari TUHAN, sumber kebenaran. Dengan Nalar kita manusia ini menata alam secara benar. Pembodohan secara sengaja lewat Nalar, merusak alam mencelakan manusia.

Hasil Nalar yang nyata, salah satunya penemuan dan penggunaan tenaga nuklir.

Kalau hasil yang satu ini disalah-gunakan, terjadilah malapetaka yang dahsyat yang sama tidak kita harapkan. Kehati-hatian penggunaan produk Nalar sangat dituntut untuk tujuan luhur demi keamanan umat manusia.

TUHAN mengamanatkan kepada kita manusia untuk memelihara dan menata dunia demi kehidupan kita, bukan merusak dan membunuh diri sendiri.

 

 

 

 

  1. Naluri

Naluri.  Dalam diri kita manusia ada empat unsur yang merupakan satu kesatuan: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011). Naluri ini yang mendorong Nafsu untuk mencari, memperoleh dan menikmati apa yang diinginkan oleh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *