Saat itu sekarang. Saat itu terus berlalu. Tidak ada satu orang pun yang dapat menghentikan atau menunda saat. Juga tidak ada satu pribadi pun di antara kita manusia ini yang mampu memperpendek atau memperpanjang saat. Saat yah saat, tiba dan lewat. Tidak bisa diulang. Saat tidak berulang. Saat ada awalnya. Ada akhirnya. Kita manusia ini, sejak saat kita ada baik sebagai makhluk ciptaan umum maupun secara pribadi dalam kandungan ibu, kita ada dalam saat. Hidup kita ini rentetan saat demi saat.
Saat. Nafsu kita membuat diri kita menanti dan mengalami saat yang dinanti. Saat yang menyenangkan, harapan Nafsu kita terpenuhi. Saat yang menyedihkan, Nafsu kita kecewa dan maunya cepat berlalu. Nalar kita manusia mempertimbangkan saat yang baik untuk diri kita. Saat yang dirindu itu tiba, Nalar kita berteriak gembira membuat diri kita loncat kegirangan. Naluri kita pun selalu berada dalam penantian dan pelampiasan rasa suka atau duka atas kebersamaan diri dengan sesama, siapa pun dia. Saat bertemu dengan orang yang disayangi, diri kita terhanyut dalam rasa puas. Saat berpapasan dengan orang yang tidak diharapkan, Naluri kita kaget dan kecewa. Nurani kita tenang tenteram saat berteduh diri dalam keheningan. Saat teduh tenang itu membuat Nurani kita turut teduh dan bahagia. Perpaduan kegiatan empat unsur dalam diri kita, Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani membuat diri kita terbuai ria kalau saat yang dialami itu indah. Sebaliknya, empat unsur dalam diri kita ini akan membuat diri kita bermuram durja kalau saat yang dialami itu pahit penuh kegetiran. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Saat. Hidup kita manusia ini beranjak dari saat ke saat. Tidak meloncat, tapi melangkah. Saat tidur pun saraf otak kita bekerja dan ada mimpi yang sempat diingat dan membuat diri kita terhibur oleh mimpi yang indah atau cemas oleh mimpi yang buruk. Itu semua gambaran tentang saat demi saat dalam jejak langkah hidup kita. Timbul pertanyaan, siapa yang atur saat yang kita bicarakan ini? Pertanyaan ini tidak layak untuk ditanyakan karena saat itu diatur oleh TUHAN sendiri. Tidak ada yang lain. Kita hidup dalam TUHAN dan saat itu adalah penyelenggaraan TUHAN. Saat itu adalah anugerah sebagai kesempatan untuk kita hidup, hidupi diri dan bantu sesama untuk sama-sama hidup dari saat ke saat. Karena saat itu milik TUHAN, maka sangat wajar kalau kita syukuri anugerah TUHAN ini dari saat ke saat.