Kaul Kemiskinan

Kaul Kemiskinan. Janji untuk hidup miskin. Aneh. Umumnya orang cari kekayaan. Ada yang janji untuk miskin. Dalam Gereja Katolik ada tradisi bahwa kaul kemiskinan itu dipadukan dengan dua kaul yang lain, kemurnian dan ketaatan. Tiga kaul. Orang-orang yang berkaul itu disebut biarawan atau biarawati. Kehidupan mereka disebut hidup membiara yang terikat erat dengan sesama lain yang berkaul. Mereka ada ratusan ribu di dunia sekarang ini, laki-laki dan perempuan. Mereka hidup dalam kebersamaan, penghasilan mereka dikumpulkan untuk kepentingan bersama. Tidak ada harta pribadi. Ini yang disebut kemiskinan demi kehidupan bersama.

Kaul kemiskinan. Dari segi akal sehat, kaul atau janji yang satu ini bisa dianalisa dengan teori ‘4N, Kwadran Bele, 2011.

Kita manusia ini diberi anugerah oleh TUHAN,  empat unsur, disingkat ‘4N’: NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI. Ini dilukiskan dalam satu segi empat dibagi empat maka disebut ‘Kwadran’ dan dikaitkan dengan yang merumuskan, Anton Bele, maka disebut ‘Kwadran Bele’ dirumuskan pada tahun 2011 di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, sehingga sebagai pertanggungan-jawaban ilmiah, selalu ditulis, ‘4N, Kwadran Bele, 2011’.

Kaul kemiskinan. NAFSU untuk kaya, itu biasa. NAFSU untuk miskin? Ini di luar dari biasa. Tapi miskin dalam arti melepaskan diri dari ikatan pada harta demi tujuan yang lebih luhur, berbagi dengan sesama untuk bekerja bersama mewartakan dan memberi kesaksian tentang Sabda TUHAN untuk hidup saling mengasihi, mengapa tidak? Tujuan yang luhur inilah menjadi dasar untuk hidup miskin, mengalihkan NAFSU cari harta menjadi NAFSU mengabdikan harta perolehan pribadi dalam kebersamaan.

Kaul kemiskinan. NALAR untuk berupaya memperoleh uang, menghimpun modal kerja, wajar. Sejauh harta yang diperoleh itu atas cara yang wajar dan jujur. Berdasarkan pertimbangan NALAR dari orang yang berkaul, hidup miskin dalam arti menyerahkan harta yang diperoleh diabdikan untuk kepentingan yang lebih luas dan luhur, maka kaul ini menjadi sangat bernilai tinggi dan abadi.

Kaul kemiskinan. NALURI untuk hidup kaya, biasa. Tapi NALURI diarahkan untuk membagi harta yang diperoleh bagi orang lain dalam rasa persaudaraan menimbulkan rasa puas yang luar biasa. Ini yang lebih berkenan pada TUHAN Pemberi NALURI itu.

Kaul kemiskinan. NURANI untuk hidup tenang, damai dan bahagia itu ditempatkan TUHAN dalam diri manusia untuk sadar bahwa hidup terikat pada tempat dan waktu di dunia ini merupakan jembatan ke hidup yang kekal, penuh kedamaian dan kebahagiaan. Demi hidup yang abadi tanpa terikat lagi pada waktu dan tempat, seseorang mengikrarkan kaul untuk hidup miskin, harus dimengerti sebagai panggilan dan pilihan dari TUHAN sendiri.

Kaul kemiskinan. Kaul yang satu ini salah satu segi dari segi tiga, kemurnian –  ketaatan – kemiskinan. Benar apa yang sampai sekarang dianggap sebagai satu kebenaran umum, hidup di dunia ini sementara, mati tidak bawa apa-apa. Kalimat ini sederhana, tapi benar karena kita alami setiap hari. TUHAN Sang Pemilik diri kita, berkenan dengan hidup miskin demi tujuan yang lebih luhur, lepas dari harta dan lekat pada TUHAN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *