Kaul Ketaatan

Kaul ketaatan. Janji untuk taat. Dalam tradisi Gereja Katolik, ada orang-orang tertentu, laki-laki dan perempuan mengikrarkan kaul entah sementara atau untuk seumur hidup, kaul atau janji untuk tiga hal: kesucian, ketaatan dan kemiskinan. Mereka ini tergabung dalam kelompok yang disebut biarawan atau biarawati. Kelompok ini hidup tidak kawin seumur hidup. Tujuannya satu. Abdikan diri semata-mata untuk urusan rohani.

Kaul ketaatan. Janji untuk taat kepada atasan dalam komunitas yang ia pilih. Sesuai bakat yang dimiliki, seseorang yang berkaul itu hidup mengabdikan bakat dan kemampuannya untuk kehidupan rohani diri dan sesama di mana dia ditugaskan. Ke mana pun saja diutus, ia taat untuk pergi. Inilah yang disebut kaul ketaatan. Dalam dinas ketentaraan, kelompok orang berkaul ini ibarat pasukan gerak cepat yang siap sedia sewaktu-waktu taat pada perintah atasan untuk laksanakan tugas yang diberikan.

Kaul ketaatan. Janji itu diucapkan di hadapan pembesar serikat dan pembesar Gereja dengan alasan dasar, laksanakan panggilan dan kehendak TUHAN. Inilah dasar paling mendasar sehingga orang itu merasa terpanggil oleh TUHAN sendiri untuk melaksanakan tugas-tugas melayani sesama dalam mengejar kebahagiaan. Ini satu bentuk pola hidup yang dipilih dan seumur hidup menempatkan diri di bawah perintah atasan.

Kaul ketaatan. Janji untuk taat ini kalau ditinjau dari sudut pandang filsafat kepribadian, ‘Kwadran Bele’, bisa dipilah atas dasar empat unsur dalam diri manusia, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI. Empat unsur ini diberikan oleh TUHAN kepada setiap pribadi manusia. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Pribadi yang berkaul ketaatan, biarawan atau biarawati, tetap ada NAFSU dalam arti positif. NAFSU berupa dorongan untuk hidup dalam bentuk dorongan untuk makan-minum, mencari kesenangan, mengejar nama besar dan menjaga nama baik. NAFSU ini diperjuangkan dan dihayati dalam ketaatan kepada pertimbangan dan keputusan atasan.

Pribadi yang berkaul ketaatan ada NALAR dalam dirinya. Semua daya NALAR dikerahkan secara baik dan benar untuk kepentingan sesama dalam ketaatan pada perintah atasan.

Pribadi yang berkaul ketaatan ada NALURI dalam dirinya untuk bergaul dengan sesama, baik dalam biara maupun di luar biara. Dorongan Naluri ini diatur sesuai dengan pertimbangan dan keputusan atasan.

Pribadi yang berkaul ketaatan ada NURANI dalam dirinya untuk menyadari adanya TUHAN Pengasih dan Penyayang Yang selenggarakan hidup diri pribadi orang itu  dan sesama. Taat dalam mengikuti keputusan atasan dalam biara berdasarkan pertimbangan NURANI merupakan pelaksanaan kaul ketaatan.

Kalau dorongan dari empat unsur dalam diri pribadi orang yang berkaul itu dilaksanakan dengan penuh kesadaran akan makna tujuan mulia, melaksanakan kehendak TUHAN dalam melaksanakan perintah atasan, maka kaul ketaatan yang diikrarkan itu membuahkan kesenangan, hasil NAFSU, kegembiraan hasil NALAR, kepuasan hasil NALURI dan kebahagiaan hasil NURANI.

Perpaduan empat unsur dalam diri manusia inilah yang disebut keseimbangan, kematangan, kedewasaan dan tanggung-jawab. Taat demi TUHAN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *