PUAS
Puas. Kita manusia tidak pernah puas. Itu karena oleh Pencipta kita diciptakan demikian untuk tidak pernah puas. Dalam diri kita masing-masing Tuhan tempatkan empat unsur: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani (4N, Kwadran Bele, 2011). Nafsu yang mendorong diri kita untuk nikmati ini lalu itu dan terus mau dan mau. Nalar kita menuntun untuk alami segala macam hal sejauh kita mau dan mampu. Naluri kita cenderung mengejar terus apa saja dan siapa saja untuk merasa puas. Nurani kita pun terus berbisik untuk kejar sesuatu sampai puas.
Puas. Kalau tidak pernah puas, maka kapan baru kita manusia alami yang namanya puas. Puas akan terjadi kalau kita sudah senang. Senang itu hasil usaha Nafsu kita. Kalau sudah senang, Nalar kita terus membuka cakrawala baru untuk kejar terus segala kemungkinan untuk puas dan lebih puas lagi. Dan hasil dari Nalar ini ialah gembira. Pengetahuan baru, pengalaman baru membuat diri kita gembira. Karena gembira, kita puas. Tapi Naluri kita masih menunjuk ke arah yang baru dan mendorong diri kita untuk kejar dan terus kejar supaya dapat dan lebih puas.
Puas. Puas itu terjadi sesudah ada rasa senang dan gembira. Jadi ada tiga wajah, senang, gembira dan puas. Tiga ini saja tidak cukup. Masih kurang. Kurang apa? Tanya pada Nurani. Tiga rasa ini sumbernya dari mana? Dari diri kita manusia sendiri? Tidak. Kalau ada dalam diri kita sendiri, maka apa gunanya dicari, diupayakan lalu diperoleh? Berarti ada di luar diri kita. Nah, di mana? Nurani menjawab, sumber senang, gembira, puas itu ada dalam DIRI TUHAN, Sumber, asal dan tujuan hidup kita di dunia ini. Maka senang, gembira, puas itu kalau terjadi karena diri kita manusia mengupayakan sesuai dengan Kehendak Pencipta yaitu, mengasihi dan sesama secara jujur, tulus, maka kita akan merasa bahagia. Lengkaplah hidup kita. Senang, Gembira, Puas, Bahagia. Ini yang kita nikmati di dunia ini dan berlanjut di akhirat.