Mulus itu biasanya halus. Halus mulus. Lewat filsafat ‘Kwadran Bele’ kata mulus ini kalau didalami maknanya, maka erat berkaitan dengan kata-kata, lurus, tulus, lulus dan kudus. Jadilah satu rumpun kata terdiri dari enam kata Indonesia, halus + mulus + lurus + tulus + lulus + kudus. Enam kata ini boleh dicampur-adukkan tanpa perlu diurutkan sesuai penting tidaknya tiap kata itu. Yang jelas, enam kata ini berkaitan dalam arti memberi arti kepada hidup manusia yang harus seperti itu. Ini satu bukti kekayaan bahasa kita, Indonesia, sehingga kalau berfilsafat seperti ini, tidak perlu memakai bahasa asing, Yunani, Latin, Sansekerta, Inggris, Jerman dan lain-lain. Itu tanda kurang menghargai milik sendiri, bahasa Indonesia.
Mulus. Mulus itu sifat dari empat unsur yang ada dalam diri kita manusia: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011). Nafsu, keinginan dalam diri kita kalau diatur dengan baik, benar dan bagus, maka jalannya mulus. Makan. Nasi yang kita makan hasil keringat kita sendiri yang diolah dari beras yang baik mutunya, maka ditelan dengan mulus dan dicerna dengan mulus oleh usus kita. Nalar, daya pikir kita itu mulus sejauh yang kita pikir itu hal-hal yang baik, benar dan berguna untuk diri dan sesama. Naluri kita mendorong diri kita untuk hidup mulus, tanpa berperkara siang malam dengan sesama, mulai dari keluarga, tetangga sampai masyarakat luas. Nurani kita menjadi mulus tak bercacat kalau Nafsu terkendali, Nalar jernih, Naluri murni. TUHAN Pencipta kita menghendaki kita ada bersama di dunia ini untuk hidup mulus, tidak kasar, tidak ribut, tidak ceroboh.
Mulus. Alangkah indahnya hidup yang mulus karena halus, lurus, tulus sehingga lulus dan dinyatakan kudus. Kita tidak boleh sesaat pun lupa akan asal kita yang dirancang oleh Pencita dari kudus ke kudus. Karena DIA adalah Mahakudus. Ini benar. Dan kebenaran ini jangan diaduk-aduk dengan pertanyaan aneh-aneh tentang arti asal dan tujuan hidup kita. Percaya saja bahwa hidup ini memang demikian. Mulus dari TUHAN, mulus dalam TUHAN dan kembali ke TUHAN dalam keadaan mulus. Hidup yang mulus itu membuat diri kita senang, hasil Nafsu, gembira hasil Nalar, puas hasil Naluri, bahagia hasil Nurani. Cukup, itu saja.