Sendiri. Memang hidup ini sendiri-sendiri. Tidak ada manusia yang hidup gabung dengan diri yang lain. Biar kembar siam pun ada dua diri. Tidak ada diri kembar. Tetap sendiri. Ini erat kaitannya dengan tanggung-jawab. Perilaku tiap diri itu dipertanggung-jawabkan oleh pribadi itu sendiri bukan oleh pribadi yang lain. Hukuman atau pujian tetap sendiri yang dapat, bukan pribadi yang lain. Saling tolong, boleh. Tapi berbuat, itu sendiri yang berbuat maka sendiri yang dapat akibatnya. Karena apa? Karena dalam diri setiap kita ada Nafsu alami sesuatu itu manis atau pahit, ada Nalar untuk timbang sesuatu benar atau salah, ada Naluri untuk rangkul sesama erat atau renggang, ada Nurani untuk sesuatu itu baik atau buruk. Ini ada dalam diri sendiri dan tidak ada di dalam diri orang lain. (4N, Kwadran Bele, 2011)
Sendiri. Lahir sendiri, mati sendiri. Tidak pernah lahir sama-sama dan mati sama-sama. Itulah hebatnya kita manusia. Oleh Pencipta kita tiap diri kita itu dimanja sendiri-sendiri tidak gabung sehingga porsi yang ada untuk setiap orang sendiri itu tidak kurang tidak lebih, pas-pas. Itulah kasih sayang dari TUHAN untuk kita. Tidak pernah berkekurangan dan tidak juga berkelebihan. Berkekurangan itu penyakit, berkelebihan itu penggarong. Sendiri pilih, mau sakit atau garong. Makanya pilih sendiri, jangan piih dua-duanya. Pilih yang lain, sehat. Sendiri sehat dan buat orang lain sehat. Sama-sama sehat. Caranya? Hidup sendiri-sendiri sesuai yang TUHAN beri. Sadar bahwa diri itu bisa kenyang dengan nasi satu piring, makanlah nasi sepiring, jangan dua piring.
Sendiri. Jangan cari selamat sendiri. Mama ada untuk anak. Anak ada karena mama. Maka antara anak dan mama ada tali penghubung yang tak pernah putus, tali kasih. Ini kuncinya. Sendiri tapi tidak sendiri. Ibarat rumah, tiap-tiap ramuan ada perannya. Tembok perlu untuk penahan, atap perlu untuk pelindung. Utuh. Sendiri untuk sendiri buat yang lain itu tidak sendiri. Sama-sama sendiri dalam peran masing-masing. Saling topang dan jangan saling dorong. Sendiri jatuh itu salah sendiri. Tidak hati-hati. Supaya jangan jatuh, gandeng yang lain supaya sama-sama tidak sendiri. Sendiri ada dalam kesatuan sendiri-sendiri. Sendiri dengan sendiri bukan terpisah. Sendiri dengan sendiri yang lain itu satu, terikat, bukan terlebur.
Sendiri. TUHAN adakan kita sendiri-sendiri dan DIA panggil pulang juga sendiri-sendiri. Kasih dari TUHAN itu tak terbagi. Sendiri kita nikmati sendiri-sendiri. TUHAN mahakasih.