Bawa diri

Bawa diri. Memangnya diri itu barang sehingga bisa dibawa-bawa? Bawa ke mana? Bawa ke siapa? Untuk apa? Bawa diri dengan kata lain, tampilkan diri. Diri itu ada dua. Diri luar dan diri dalam.  Diri luar yang kelihatan ini. Diri dalam yang tidak kelihatan. Diri luar itu kulit. Diri dalam itu isi. Duanya bisa beda. Bisa terjadi begini. Luar bagus isi buruk. Atau sebaliknya, isi bagus luar bagus.  Yang diharapkan itu dalam dan luar sama bagus. Ini yang sering disebut tampang. Diri yang dalam itu ada empat unsur. Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. Ini yang saya namakan 4N, Kwadran Bele, diumumkan dalam ujian disertasi doktoral tentang filsafat pembangunan di Fakultas Interdisiplin (FID) universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, tahun 2011. Karena itu dalam banyak artikel selalu saya tulis “4N, Kwadran Bele, 2011”.

Bawa diri. Dua bagian dari diri ini bisa dibawa ke mana-mana dan setiap kali tampil di mana pun kapan pun selalu dalam bentuk bawa diri. Tidur pun bawa diri, dalam bentuk terbaring, ngorok, nyenyak. Makan juga bawa diri. Marah itu bawa diri. Tenang itu juga salah satu bentuk bawa diri.

Bawa diri. Nafsu kita mendorong diri kita untuk buat sesuatu, contoh, menulis. Nafsu menulis membuat jari-jari kita bergerak entah memakai  alat tulis pensil dan kertas atau alat laptop. Nalar kita bekerja untuk timbang, tulis apa, pakai bahasa apa, untuk siapa. Naluri kita bekerja untuk tuntun kita bahwa menulis itu mempengaruhi siapa dan itu menyinggung perasaan atau menghibur orang. Nurani kita menyaring pekerjaan menulis itu santun atau tidak, membawa damai atau menyebar dengki. Inilah bawa diri yang dikendali oleh empat unsur dalam diri kita. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Bawa diri. Diri dibawa dari satu keadaan ke keadaan lain. Dari tidur ke bangun. Dari berdiri ke duduk. Dari mencinta ke membenci. Semua bentuk bawa diri ini harus memenuhi tiga syarat, baik, benar, bagus. Itu baru namanya bawa diri yang sesuai dengan kehendak dari Dia yang mencipta diri kita, sumber segala sumber yang baik, benar dan bagus. Kita hidup di dunia ini dalam rentang usia tertentu sebenarnya bawa diri sejak dari kandungan ibu sampai masuk haribaan pertiwi.

Bawa diri. Setiap saat itu bawa diri. Setiap gerak itu bawa diri. Jadilah diri yang diri ini atau diri itu dan tidak ada diri yang sama dengan diri yang lain karena diri yang bawa diri itu tidak pernah sama dengan diri itu atau diri ini yang sekarang bawa ke sana sebentar bawa ke sini. Ke mana pun diri itu dibawa, tetaplah diri dan tak akan tertukar dengan diri yang lain. Karena apa? TUHAN Yang ciptakan diri kita ini Mahabijak, cipta diri kita begitu khas sehingga Dia sayang kita satu per satu sepenuhnya sesuai dengan diri yang kita bawa itu sejauh yang Ia kehendaki, bawa diri dengan cocok (Nafsu), bijak (Nalar), sopan (Naluri),  santun (Nurani). Diri yang jumlahnya milyaran di dunia ini kalau bawa diri dengan baik, benar dan bagus, maka itulah namanya Surga.