Vox. Ini kata bahasa Latin, artinya suara. Dalam pemilihan umum, pemilu, suara dikumpulkan melalui pencoblosan surat suara oleh tiap orang satu surat suara. Maka, satu orang satu suara. Ini yang lazim disebut ‘vox populi‘, suara rakyat. Ini benar-benar suara rakyat. Mulai tidak benar itu waktu ditambah dua kata, ‘Vox Dei‘ artinya, Suara Allah. Lebih tidak benar lagi kalau suara yang terkumpul di kotak suara waktu pemilu disebut ‘vox populi vox Dei‘. Lucu. Suara rakyat itu disebut suara Allah. Berarti suara itu kudus, karena dari Allah, untuk calon tertentu. Lalu calon itu terpilih, dia berbangga bahwa dia terpilih karena ‘suara Allah’. Lalu yang tidak terpilih karena jumlah suara tidak mencukupi, berarti ‘suara Allah’ tidak cukup, kurang?
Vox. Suara itu kehendak dari Nafsu seseorang yang memberi suara kepada seorang calon. Suara itu berdasarkan pertimbangan Nalar seseorang pemilih. Dia beri suara karena ada Naluri yang cocok dengan pribadi calon. Nurani pemberi suara itu tenang karena sudah memberikan suara kepada calon pujaannya. Kerjasama empat unsur dalam diri manusia, Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani ini menghasilkan satu suara dari seseorang untuk seseorang. Ini sama sekali bukan suara Allah. Ini murni suara pribadi manusia yang dengan bebas atau tidak bebas (kalau tertipu) memberikan suara kepada sang calon. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Vox. Suara yang dibeli dengan uang, suara Allah? Suara yang terhimpun dengan umbar janji kosong sang calon. Suara Allah? Ini murni suara rakyat dalam sistem yang disepakati untuk pemilihan calon legislatif atau eksekutif pada periode waktu tertentu, lima tahunan. Herannya ada anggapan, sang calon yang terpilih dengan pengumpulan suara terbanyak mengganggap itu kehendak Allah. Berarti Allah campur tangan untuk memilih seseorang dalam posisi tertentu, menjadi anggota legislatif atau eksekutif, kepada daerah atau presiden dan wakil presiden. Salah kaprah. Pemilihan umum itu perebutan suara. Perebutan itu tidak mungkin atas amanat Allah. Itu murni kehendak bebas dari manusia yang berkenan pada Allah kalau dilaksanakan dengan jujur dan adil, sebaliknya tidak berkenan pada Allah kalau perebutan suara itu dengan cara-cara kotor, penipuan dan persekongkolan jahat.
Vox. Kalau vox, suara itu sudah diperoleh dan seseorang menduduki kursi sebagai hasil penghimpunan suara, langsung kewajiban si pemenang itu untuk melaksanakan segala tugas dan wewenang sesuai dengan kehendak Allah, jujur dan adil. Itu saja. Jadi bukan Allah Yang pilih, bukan Allah yang suruh duduk di kursi ini atau itu. Kursi itu direbut dan diduduki untuk melayani sesama, mengabdi Allah. Dengan itu si-pemenang senang (hasil Nafsu), gembira (hasil Nalar), puas (hasil Naluri), bahagia (hasil Nurani). Perpaduan empat hasil ini: senang + gembira + puas + bahagia, menjadi tujuan hidup setiap manusia baik di dunia ini maupun di akhirat.