Terpaksa

Terpaksa. Kalau terpaksa berarti ada yang memaksa dan ada yang dipaksa. Situasi ini terjadi kalau yang dipaksa dan yang memaksa sama-sama berada dalam posisi yang gawat. Salah satu pihak harus menyerah dan mengalah. Yang pasti, pihak yang lebih kuat yang menang. Kalau dua belah pihak tidak berpapasan dalam kepentingan yang berlawanan, maka tidak perlu terjadi apa yang dinamakan terpaksa.

Terpaksa. Hidup kita manusia ini sering berada dalam situasi terpaksa. Paksa – memaksa terjadi kalau dua manusia tidak sejalan. Inilah pangkal ketidak-serasian, kekacauan sampai ke tingkat saling membinasahkan. Kalau itu  yang terus menerus terjadi, maka kita manusia ini bisa punah. Perang dalam berbagai bentuk yang terjadi saat ini atau pernah terjadi malah akan terjadi seperti, perang suku, perang agama, perang dunia malah perang nuklir, semua itu karena ada situasi terpaksa dalam skala kecil sampai skala besar.

Terpaksa. Situasi ini tidak perlu terjadi kalau empat unsur dalam diri kita manusia ini digiatkan secara seimbang. Nafsu teratur. Nalar terarah. Naluri tersalur. Nurani terasah. (4N, Kwadran Bele, 2011). Tiap  orang sudah diberi TUHAN untuk dengan leluasa hidup bersama sesama dengan Nafsu untuk hidup, Nalar untuk mengupayakan jalan keluar, Naluri untuk saling membantu dan Nurani untuk saling mengasihi. Rangkul merangkul antar sesama. Sulit? Tidak. Mengumbar senyum, saling menyapa, saling menopang adalah tindakan-tindakan yang tidak masuk dalam kategori terpaksa. Tidak ada orang yang boleh didesak sampai terpaksa hidup untuk mempertahankan hidup. Kalau kita ini saling menghidupkan, mengapa harus ada situasi terpaksa?

Terpaksa. Kata ini harus hilang dari kamus kehidupan kita. TUHAN menempatkan kita di dunia ini bukan untuk terpaksa hidup. Nafas saja disiapkan TUHAN untuk setiap orang bernafas dengan lega sampai saatnya nafas itu dihembuskan terakhir kali secara alamiah. Tidak boleh ada orang yang tahan nafas, tarik nafas, sesak nafas sampai lemas. Ruang dan waktu diberikan TUHAN kepada kita secara berlimpah untuk menapaki lorong kehidupan ini dengan penuh tawa-ria. Duka-derita ratap-tangis itu ada karena ulah kita manusia yang memang hidup dalam ketidak-sempurnaan menuju ke kesempurnaan abadi. Hidup harus dijalani dengan lapang dada tanpa membusungkan dada dan paksa-memaksa sampai ada yang hidup terpaksa atau terpaksa hidup. TUHAN tetap merangkul kita dengan penuh kasih sayang dan kita pun dituntut untuk saling mengasihi sepenuh hati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *