Cerdas cermat

Cerdas-cermat. Dua kata ini sudah menjadi kata majemuk. Tindakan manusia yang cerdas dibutuhkan cermat. Sebaliknya, kalau cermat, harus cerdas. Hasilnya? Senang karena keinginan NAFSU terpenuhi. Gembira karena upaya NALAR tercapai. Puas karena dorongan NALURI tercapai. Bahagia karena harapan NURANI terjadi. Di sinilah letaknya peranan empat unsur dalam diri manusia: NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI  serentak terpenuhi karena tindakan cerdas yang cermat dan cermat yang cerdas. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Hidup manusia ini seharusnya cerdas dan cermat dari saat ke saat. Tidak cermat berarti semberono. Tidak cerdas berarti ceroboh. Sayang kalau saya, anda, dia, kita hidup semberono dan ceroboh. Suasana baik dalam diri kita maupun di luar diri kita akan senang, gembira, puas dan bahagia kalau kita hidup cerdas dan cermat. Itulah yang dikehendaki TUHAN Pencipta kita. Tidak ada satu manusia pun yang diciptakan tidak cerdas dan tidak cermat. Mana mungkin SANG PENCIPTA menciptakan bagi dirinya pribadi yang siap celaka dan celakakan diri serta sesama karena diciptakan untuk semberono dan ceroboh.

Hidup kita ini terkadang ricuh, resah dan gelisah hanya kurang atau malah tidak cermat dan cerdas. Udara bersih tersedia secara cuma-cuma,gratis. Kita kotorkan. Tubuh kita sudah diatur untuk tumbuh kembang sampai matang, dewasa dan pada waktunya tua dan berhenti secara wajar. Kita sudah diberi NAFSU untuk makan sesuka hati dengan memakai  NALAR untuk mengukur dan NALURI untuk menakar serta NURANI untuk menyukuri. Itu baru soal makan. Belum lagi soal pakaian dan perumahan serta berbagai kebutuhan lain seperti pendidikan, kesehatan, hiburan. Itu semua tersedia untuk kita, putera-puteri kesayangan SANG PENCIPTA.

Segeralah setiap kita untuk hidup cerdas dan cermat setiap saat. Cerdas maju, cermat melangkah. Hari demi hari menjadi cerah penuh tawa dan ria yang diselingi tangis dan derita pada saat-saat tertentu sebagai gelombang panca-roba alamiah. Ibarat gigi berganti melalui sakit. Proses alamiah. Bukan sakit karena disakiti. Kita dengan cermat dan cerdas hidupi hidup bergerak dari PEMBERI hidup kembali kepada DIA.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *