Pantas itu cocok antara diri dengan keadaan yang dimaksud. Pantas jadi guru. Pantas untuk diteladani. Lawannya, ganjil, janggal, tidak pantas. Diri pribadi kita harus pantas untuk sesuatu di luar diri kita sesuai empat unsur yang ada dalam diri kita.
Nafsu seseorang mau jadi bupati. Pantas kalau ada pendidikan dan pengalaman untuk itu. Pantas kalau ada banyak orang yang memilih sesuai peraturan yang ada dalam proses pemilihan kepala daerah.
Nalar menyimpan dan mengolah segala hasil pendidikan dan pengalaman untuk menjadi bupati.
Naluri begitu terarah untuk menjadi bupati. Ada jasa bagi para pemilih dan ada simpati dari para pemilih. Maka dari segi Naluri, pantas jadi bupati.
Nurani membawa ketenangan bathin untuk menjadi bupati. Pantas jadi bupati dan dengan posisi ini diri tenang dan senang berbakti bagi daerah dan rakyat yang dipimpin. Pantas jadi bupati. Ini contoh konkrit tentang istilah pantas. Ada kerjasama antara empat unsur dalam diri manusia untuk diri itu pantas menjadi sesuatu, dalam hal ini menjadi bupati. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Pantas masuk surga. Ini kalimat biasa, dan sering dianggap terlalu kudus. Surga itu keadaan bahagia abadi bersama TUHAN sumber kebahagiaan. Manusia pantas untuk masuk dalam keadaan ini kalau dirinya sesuai dengan persyaratan yang ada. Syarat untuk mengalami surga itu ialah diri dalam keadaan kudus, suci dari dosa. Berarti tidak berdosa. Atau pun kalau sudah berdosa, sudah dihapus oleh TUHAN karena diri manusia itu bertobat. Dari tidak pantas menjadi pantas.
Pantas jadi pemimpin. Syarat-syarat tentang seorang pemimpin itu sudah ada berdasarkan peraturan atau kesepakatan dari masyarakat. Pantas itu tidak bisa dipaksakan dari luar diri. Pantas itu ada dan muncul dari dalam diri manusia. Segala kemungkinan yang ada di luar manusia itu tersedia sesuai arah dan maksud kemungkinan itu. Malapetaka muncul untuk diri kalau sudah tidak pantas lalu dipantaskan untuk posisi tertentu. Ada keluh kesah dari banyak orang, dia tidak pantas. Diri pun terbelit dengan rasa kesal dan sebal. Ini terjadi karena ada ketidak-cocokan antara diri orang itu dengan persyaratan yang ada tentang posisi tertentu.
Pantas tidak bisa dipantas-pantaskan. Pantas itu harus dengan sendirinya muncul dari diri pribadi sesuai NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI yang khas dalam diri setiap kita. TUHAN hadiahkan kemungkinan itu dalam diri kita untuk kita pantas jadi ini dan itu.
Kita berjuang dan TUHAN mengabulkan dengan pantas untuk kita dapat bahagia abadi. Puji TUHAN.