Nelayan, Petani, Peternak, itu tiga manusia yang memberi makan kepada semua manusia di dunia ini. Nelayan siap ikan. Petani siap nasi. Peternak siap daging. Lengkaplah menu harian untuk manusia. Nelayan itu cari ikan atau ikan cari nelayan, tidak ada yang tahu persis. Keduanya baku cari. Ini kearifan yang sulit diselami.
Nelayan ada Nafsu untuk cari dan tangkap ikan. Laut adalah medan hidup nelayan. Nelayan dan laut itu satu. Nelayan tak mungkin tanpa laut. Laut pun tak bisa dipisahkan dari neayan. Laut tenang, nelayan senang. Laut bergelora, nelayan galau. Ikan jadi pemersatu antara laut dan nelayan. Berjenis-jenis binatang laut akrab dengn nelayan. Nelayan mengenal begitu banyak biota laut sesuai alam laut, tropis, sub-tropis atau kutub.
Nelayan ada Nalar untuk duga gelagat laut. Di mana dan kapan ikan bergurau menanti datangnya nelayan, sudah ada dalam peta Nalar nelayan. Dugaan nelayan jarang meleset. Sepertinya ikan dan nelayan sudah ikat janji untuk bertemu. Berbagai alat disiapkan nelayan dan ikan menyerah untuk ditangkap. Ini semua karya Nalar si nelayan.
Nelayan ada Naluri untuk menyapa dan disapa oleh berbagai jenis penghuni laut. Begitu akrabnya nelayan dengan ikan-ikan sampai ikan-ikan kalau ditangkap, menggelepar menyapa nelayan sambil memercikkan sejuknya air laut ke pipi nelayan dan menjabat tangan nelayan dengan sirip dan ekor yang dikebas sesuai irama deburan ombak memecah di pantai.
Nelayan ada Nurani untuk mendekap ikan yang menggelepar dan membisikkan suara sendu dari bathin untuk membujuk sang ikan tenang dan lelap dalam perahu yang sedang didayung. Nelayan menatap langit dan berseru kepada Sang Pencipta mohon selamat tiba di pantai sambil bersyukur bahwa sejumlah ikan sudah siap untuk disantap.
Empat unsur dalam dalam diri pribadi sang nelayan, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI, menyatu berpadu dengan laut dan penghuni laut. (4N, Kwadran Bele, 2011). Itulah nelayan, kembaran petani dan peternak, kembar tiga, pencari dan pemberi nafkah untuk diri dan sesama dalam alam ciptaan TUHAN.