Peternak. Kawannya, Petani dan Nelayan. Tiga orang ini yang cari makan untuk diri dan sesama. Semua manusia, kita, dapat makan dari tiga orang ini. Peternak itu akrab dengan padang dan ternak. Petani akrab dengan tanah dan tanaman. Nelayan akrab dengan laut dan ikan. Tiga orang ini hidup tanpa banyak omong. Mereka menyatu dengan tanaman, ternak dan ikan.
Nafsu mendapat rezeki mendorong peternak untuk sayang ternak, kecil besar sesuai keadaan alam tempat huniannya. Nalar peternak luar biasa cerlang, karena dia tahu setiap perilaku ternak yang ia sayangi. Naluri peternak membuat dirinya akrab dengan ternak sebagai sahabat sampai ia sapa dengan nama. Nurani peternak tergerak untuk memohon pada Sang Pencipta supaya ternaknya aman dan setiap saat ia syukuri rezeki yang ia peroleh dari ternak yang dipeliharanya. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Empat unsur ini, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI secara sangat sederhana ada dalam tiap diri ternak. Nafsu hidup mendorong ternak untuk melolong mencari peternak, tuannya, bila ia lapar atau celaka. Nalar ternak bekerja untuk mengikuti peternak ke mana dirinya diarahkan untuk memperoleh pakan. Naluri ternak mendorong hewan ternak untuk taat pada perintah tuannya. Nurani ternak membuat diri ternak terbaring nyenyak dalam kandang tuan pemiliknya.
Empat unsur itu ada secara penuh dalam diri manusia, sang peternak. Pencipta, TUHAN, menaruh empat unsur kepribadian ini dalam diri kita setiap manusia, termasuk peternak untuk berkontak dengan hewan ternaknya. Kalau terhadap ternak, hewan, manusia, kita-kita ini, masih atur, Nafsu, masih hitung, Nalar, masih pelihara, Naluri, masih sayang, Nurani, mengapa kita dengan kita, sesama manusia, tidak salurkan empat unsur ini secara benar antar kita?