Mulai

Mulai. Mulai berarti awal dari sesuatu yang baru. Memulai, membuat sesuatu yang baru. Dia pintar ini mulai dari dia sekolah. Saya mulai mengajar waktu saya masih muda. Dulu saya tidak pernah minum minuman keras, tapi jadi pemabuk mulai waktu saya diajak oleh teman-teman. Kata mulai mempunyai arti bahwa sesuatu itu baru yang sebelumnya tidak ada.

Mulai. Kita manusia ini, mau sesuatu dan mulai berusaha untuk mencapai atau memperoleh sesuatu itu. Ini hasrat dari Nafsu kita. Waktu mulai, Nalar kita bekerja untuk mencari upaya apa yang cocok untuk memenuhi hasrat Nafsu itu. Tidak mungkin seseorang berupaya sendirian. Butuh kawan, sesama. Inilah dorongan Naluri. Sebelum, sementara dan sesudah memulai suatu usaha lalu memperolehnya, Nurani kita tetap bergejolak, tenang kalau baik, tegang kalau buruk. Inilah kerjasama antara empat unsur dalam diri kita manusia, Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Mulai. Ini suatu pemahaman yang sangat terbatas dalam diri kita seolah-olah kita manusia ini bisa mulai buat sesuatu sesuai yang kita kehendaki. Mulai dari awal. Tiap kali mau memulai sesuatu, kita menyangka bahwa kita memulai dari awal. Pemahaman inilah yang membuat diri kita manusia terjerumus ke dalam rasa sombong bahwa dirilah yang memulai, kalau itu baik, dan diri kita menjadi jahat kalau hal itu buruk dan menyangkal mati-matian bahwa bukan dirinya yang memulai.

Mulai. Pemahaman tentang mulai ini harus dikaitkan dengan karya ciptaan dari Pencipta. TUHAN-lah Yang memulai segala sesuatu yang baik, mencipta alam semesta termasuk diri kita manusia yang menghuni dan menikmati adanya alam ini. Kita tidak memulai apa pun. Hidup kita saja mulai ada oleh TUHAN dan tiap pribadi manusia itu melaksanakan, melanjutkan, menyelesaikan yang sudah dimulai oleh SANG PEMULA, TUHAN. TUHAN Yang memulai. Segala apa yang kita buat selama hidup di dunia ini sudah ada benihnya dalam diri kita dan benih itu dari TUHAN.

Mulai. Sejak awal hidup tiap diri kita, setiap kita mulai menjalani hidup yang tidak dimulai lagi berulang-ulang oleh kita. Segala tindakan, perolehan yang kita capai dan nikmati, bukan dimulai oleh diri kita, tetapi oleh TUHAN sejak kita diciptakan sebagai pribadi-pribadi dalam rentetan adanya manusia. Tidak pernah seorang jadi Guru dan menggembar-gemborkan posisinya dengan berkoar, saya mulai menjadi Guru sesudah belajar bertahun-tahun di Perguruan Tinggi. Bakat menjadi Guru itu sudah ada, jadi bukan dimulai oleh diri sendiri. Tidak pada tempatnya seorang di muka bumi ini membanggakan diri bahwa dialah yang memulai ini dan itu. Tidak.

Mulai. Segala yang baik, benar dan bagus yang ada ini mulai ada atas kehendak SANG MAHA-ADA, TUHAN. Di sinilah letaknya titik tolak pemahaman yang terdalam di dalam diri kita untuk berpasrah pada TUHAN. Tidak boleh seenaknya membusungkan dada bahwa diri mulai ini, peletak dasar ini, pemrakarsa itu dan itu hasil saya, buah pikiran saya, buah tangan saya. Inilah kepongahan yang mengotori hidup masing-masing diri kita.

Mulai. TUHAN sudah mulai mengadakan segala sesuatu dan tiap diri kita melaksanakan amanat TUHAN untuk menunmuh-kembangkan, memelihara, menikmati segala sesuatu yang ada dalam jangkauan kita dalam rasa syukur pada TUHAN. Karya melanjutkan selama di dunia inilah yang kita pertanggung-jawabkan di hadapan TUHAN saat diri kita diberi wajah kehidupan baru terlepas dari ikatan tempat dan waktu.

Mulai. TUHAN sudah mulai mencipta segala sesuatu itu baik adanya. Kita diawaskan untuk tidak merusak yang baik itu. Jadi, yang salah segera dibenarkan, yang bengkok segera diluruskan, yang ternoda segera dikuduskan. Segala yang buruk itu dari kita, bukan dari TUHAN.  Itulah hidup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *