Kota Tani. Apakah tidak keliru? Biasanya, Kampung Tani, ada. Tapi Kota Tani? Artinya orang-orang tani punya kota? Kota yah kota, dihuni oleh orang-orang kota. Masa’ kota dihuni oleh orang-orang tani. Kontradiksi. Berdasarkan penghuni, bisa dilihat sebagai kontradiksi. Tetapi berdasarkan kehidupan, benar, kota itu tetap dihuni oleh orang-orang yang hidup dari hasil tani. Maka Kota Tani itu benar sekali. Kota di mana orang-orang yang menjadi penghuni itu hidupi diri dengan hasil pertanian, entah didatangkan dari luar kota itu atau dihasilkan di dalam kota atau di sekitar kota. Wajarlah ada nama Kota Tani.
Kita manusia ini dikaruniai TUHAN, empat unsur, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI. (4N, Kwadran Bele, 2011). Di mana pun saja kita manusia ini berada, tinggal, kita tetap manusia yang ada perut untuk diisi dengan hasil tanaman yang biasa ditumbuhkan oleh orang yang disebut petani dan usahanya disebut pertanian. Kita manusia ini hidup dan dihidupi oleh tiga orang: Petani, Peternak, Nelayan. Petani hasilkan bahan makanan dari tanaman. Peternak hasilkan bahan makanan dari ternak. Nelayan hasilkan makanan dari berbagai binatang yang hidup di laut.
Kita manusia ada NAFSU untuk bekerja dan makan supaya hidup. Maka kita pasti hidup dari tiga orang itu. Kita yang tinggal di kota pun harus jadi petani-peternak-nelayan sesuai keadaan alam di mana kota itu ada. Bisa langsung di dalam kota atau di sekitar kota. Inilah yang dimaksud dengan Kota Tani yang tanam berbagai tanaman yang menghasilkan makanan. Mulai dari sayur sampai buah-buahan seperti jeruk, nangka, mangga, pisang dan jambu. Dalam jumlah terbatas, semua tanaman dapat ditanam di dalam kota.
Kita manusia ada NALAR untuk hasilkan dan peroleh makanan supaya perut terisi. Maka pengetahuan dan pengalaman tentang makanan mendorong kita untuk hasilkan makanan itu di dalam, di sekitar dan di luar kota. Layak setiap kota disebut Kota Tani sejauh orang-orang yang menghuni kota itu menghasilkan langsung bahan makanan sesuai daya NALAR untuk mengusahakan tanaman, ternak atau ikan di dalam kota itu. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipakai untuk tumbuhkan tanaman di dalam kota.
Kita manusia ada NALURI untuk hidup dan menghidupi diri dan sesama. Harus dan wajar kita sendiri-sendiri atau bersama menghasilkan makanan di dalam kota. Tanam tanaman apa saja yang bisa dimakan di dalam kota, maka langsung kota itu bisa disebut Kota Tani.
Kita manusia ada NURANI untuk hidup damai dan tenang dengan perut terisi, kenyang dengan makanan apa saja, terutama hasil tanaman. Ini sebagai hasil kesadaran akan adanya PENCIPTA, TUHAN Yang menyelenggarakan segala sesuatu termasuk tanaman demi kita manusia untuk hidup berbakti bagi sesama dalam lindungan TUHAN.
Kota Tani dihuni oleh orang-orang, siapa pun dia yang hidup dari hasil tani, ternak dan nelayan. Layak bahwa setiap kota disebut Kota Tani. Itulah kota yang dihuni oleh setiap orang di kota itu yang berupaya menjadikan kota tempat menumbuhkan tanaman pertanian sesuai keadaan lahan yang tersedia.