Satu arah. Tidak dua arah. Satu arah itu pergi saja. Dua arah, pergi pulang. Hidup ini satu arah. Atau datang dan pulang? Tidak. Satu arah. Ada istilah berpulang. Itu dimengerti datang, lalu pulang. Datang dari mana dan pulang ke mana? Sering kita dengar ungkapan, pulang ke pangkuan Ilahi. Ini pemahaman tentang Yang Ilahi itu jauh, ada jarak. Tidak mungkin ada jarak. Kita manusia, ciptaan ini tetap ada bersama Pencipta, satu-satunya Yang Maha dalam segala hal yang baik itu. Tidak pernah jauh dan tidak pernah sesaat pun ada di luar Diri Pencipta itu. Inilah dasar pijak untuk berpikir tentang arah hidup ini. Hidup ini dari TUHAN dan kita maju terus bersama DIA, bukan ke arah DIA.
Satu arah. Kalau itu namanya jalan, maka awal berangkat itu dari DIA, maju terus bersama DIA. Bukan dari DIA baru pulang ke DIA. Satu arah artinya kita diciptakan, tiap-tiap kita ada, itu awal perjalanan kita. Satu arah. Bersama DIA, dalam DIA. Ke mana? Ke suasana damai abadi, baik abadi, senang abadi, puas abadi, kasih abadi. Dari yang sementara ini ke yang abadi dan yang abadi itu hanya DIA. Jadi hidup ini sederhana sekali, jalan satu arah bersama DIA.
Kita manusia ini dilengkapi oleh DIA, PENCIPTA kita, dengan empat unsur. NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI. Dalam seluruh uraian tentang diri kita manusia ini, saya sengaja mengulang-ulang terus kebenaran ini, adanya empat unsur dalam diri kita sebagai penggerak daya hidup kita. (4N, Kwadran Bele, 2011).
NAFSU itu membuat diri kita ingin yang baik, gembira, bahagia. Ini sengaja diberi oleh DIA agar sama-sama bahagia terus bersama DIA. NALAR kita diberi oleh DIA supaya kita tetap berpikir dan menyadari serta mengalami keadaan bahagia bersama DIA. NALURI ada dalam diri kita supaya hidup bersama dengan orang lain, berjalan satu arah bersama DIA. Dalam diri kita ada NURANI untuk merasakan bahagia itu sebagai bahagian dari bahagia abadi yang ada dalam DIRI TUHAN.
Satu arah. Hidup satu arah bersama DIA, bukan dari DIA ke DIA. Hidup yang kita hidupi ini mengalami hidup dalam DIRI DIA, Sumber hidup itu sendiri. Dalam perjalanan satu arah ini, sering terjadi keinginan untuk balik arah. Itu salah. Dan itu terjadi karena kita diberi kebebasan. Di sinilah letaknya kekeliruan dalam hidup kita, tidak satu arah tapi mau belok sana, belok sini sampai ada yang ke luar dari arah, malah balik, dan itu sia-sia.
Satu arah. Jelas. Bersama sesama jalan bersama DIA, dalam DIA sampai di suasana kasih dan damai abadi, DIA itu, TUHAN. Itulah hidup.