Otak dingin. Dingin ada kaitan dengan damai. Otak dingin terpancar di wajah yang ramah, tangan yang terentang tenang. Ini yang diharapkan terjadi setiap saat dalam diri manusia dan antara sesama manusia di dunia. Otak dingin tidak berkaitan dengan suhu. Otak dingin ada kaitan dengan penampilan seluruh diri pribadi manusia. Otak dingin menyejukkan diri dan sesama. Otak dingin mempengaruhi tangan yang dingin. Apa saja yang disentuh, entah itu manusia atau alam sekitar, jadi dingin seolah ditetesi embun pagi hari.
Dalam diri kita manusia ini ada NAFSU yang menginginkan kesejukan. Naungan yang teduh di tengah teriknya matahari dicari oleh dorongan NAFSU kita untuk menghirup segarnya udara. Hidup yang segar itu kerinduan setiap kita yang muncul dari NAFSU yang menggelora dalam dada. Otak yang dingin saling menyejukkan antara sesama dan terpercik pada alam sekitar.
Dalam diri kita ada NALAR yang senantiasa mengupayakan agar diri kita berada dalam suasana yang sejuk oleh dinginnya otak. NALAR yang sejuk mengarungi samudera yang teduh.
Kita ada NALURI untuk berpikir yang damai bagi diri dan sesama dan itu terucap dalam kata penuh irama puitis dan terukir lewat karya agung memahat arca manusia bak dewata. Inilah hidup tuntunan NALURI lewat otak yang dingin.
Manusia ada NURANI yang disiapkan oleh Sang Pencipta untuk setiap kita agar otak yang dingin mengalirkan sejuknya hidup lewat seluruh pembuluh hidup menghidupi setiap sel dalam diri kita.
Empat unsur dalam diri kita manusia ini, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI bekerjasama mengeja-wantahkan arus hidup dari otak yang dingin. TUHAN Pencipta kita sudah atur yang ini, otak dingin untuk sejukkan hidup. (4N, Kwadran Bele, 2011). Mengapa kita mau memanas-manasi diri dan sesama dengan iri dan dengki?
Lihat, TUHAN tersenyum melihat kita saling merangkul dengan otak dingin dalam teduhnya rindang relung langit lazuardi.