Beda
Beda. Karena beda maka bertemu. Bertemu untuk mempertemukan yang beda itu. Beda itu mulai dari Nafsu. Yang satu mau ini, yang satu lagi mau itu. Ini harus dipertemukan. Beda karena ada Nalar. TidaK semua orang nalarnya itu sama. Perlu dipertemukan. Beda Naluri. Ini mau duduk, itu mau berdiri, yang sana mau berenang, yang sini mau makan. Tiap manusia ada naluri untuk bertemu karena ada tarik-menarik antara manusia itu satu sama lain. Beda karena ada Nurani. Kesadaran dalam diri tiap orang berbeda-beda. Rasa sayang pada saya, anda, dia, kita, beda-beda. Itu terjadi dalam Nurani.
Manusia dikaruniai TUHAN, empat unsur ini dalam diri pribadinya: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. Tiap manusia menghayati empat unsur ini dalam dirinya secara berbeda-beda. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Beda. Mari bicarakan apa yang beda, di mana bedanya dan bagaimana dipertemukan. Beda itu mulai dari kemauan (Nafsu). Beda pula pengetahuan dan pengalaman (Nalar). Beda dalam kebiasaan bergaul (Naluri). Beda dalam kadar rasa kasih pada sesama dan percaya pada TUHAN (Nurani). Hahaaaa, karena beda-beda inilah maka manusia-manusia harus dan wajar bertemu untuk mempertemukan supaya jangan ada bentrokan tapi tetap berpelukan.
Ada kelompok-kelompok manusia di dunia ini. Tiap pribadi saja ada beda. Begitu juga kelompok yang satu beda dengan kelompok yang lain. Ada kelompok yang namakan diri ‘G-20’, Uni Eropa dan 19 Negara di dunia ini. Termasuk Indonesia jadi anggota kelompok ini. Ada 20 perbedaan. Dua puluh kelompok manusia inilah yang bertemu untuk mempertemukan perbedaan. Pendapat berbeda, dipertemukan. Kebutuhan berbeda, dipertemukan. Kekuatan berbeda, dipertemukan. Untuk apa? Saling menolong. Bertolong-tolongan itulah tujuan utama dari pertemuan antara pihak-pihak yang berbeda. Bertemu untuk bertengkar, tidak boleh. Itu namanya pertengkaran. Bertemu itu untuk tingkatkan persahabatan, persaudaraan yang dihayati untuk sementara di dunia ini menuju persaudaraan abadi.
Pertemuan antara orang yang berbeda dengan kepentingan berbeda menjadi indah dan penuh makna kalau pertemuan jadi perjamuan. Ada yang bawa nasi, ada yang bawa sayur, ada yang bawa daging. Inikan beda-beda. Tidak sama. Tapi nikmat waktu dipertemukan. Untuk memeriahkan, ada yang menyanyi, ada yang menari, ada yang bergurau. Itulah pertemuan antara semua yang berbeda minat dan cita-rasa.
Manusia berbeda dengan kepentingan berbeda. Bertemu. Semua manusia itu harus sadar bahwa hidup dalam perbedaan ini sementara. Ini harus disadari supaya kita yang sementara hidup ini yakin bahwa tidak selamanya hidup. PEMILIK kita, PENCIPTA kita, TUHAN, DIA-lah yang menjadi Awal dan Akhir dari yang beda-beda itu. Beda supaya saling melengkapi. Beda itu kekayaan. Beda itu Rahmat. Pertemukan yang beda itu supaya kita hidup ini entah di belahan bumi mana pun tetap beda sambil menikmati Rahmat dari Sang PEMBERI RAHMAT.
Angkatan
Angkatan. Harap Negara-negara ‘G20’ membahas angkatan-angkatan seperti angkatan kerja, angkatan muda dan secara khusus membahas empat angkatan yang membawa mala-petaka bagi manusia. Empat angkatan itu ialah: Angkatan Perang yang terbagi dalam tiga angkatan: Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Seharusnya empat angkatan ini tidak boleh ada di antara manusia di dunia ini. Hapus. Tapi apa daya. Manusia sudah terlanjur begitu akrab dan terbiasa dengan adanya empat macam angakatan ini sampai berjuta-juta orang disekolahkan, dilatih dan melamar untuk jadi anggota dari empat angkatan yang berbahaya dan membahayakan hidup manusia.
Ini kehendak TUHAN? Pasti, pasti dan pasti bukan kehendak DIA, sumber segala DAMAI.
Angkatan yang empat ini ada akibat takaburnya Nafsu serakah kita manusia merampas dan menjarah milik sesama.
Nalar diperas untuk menciptakan segala macam senjata demi membela diri, menyerang sesama.
Naluri menjadi tajam untuk memilih dan memilah sesama antara kawan dan lawan. Kita duduk berkumpul tanpa rasa aman karena sedang memata-matai dan di mata-matai.
Nurani ditumpulkan untuk setuju saja bahwa membunuh itu sah dan halal kalau dia itu musuh.
Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani diselewengkan dan hasilnya ini, perang. Muncul angkatan perang, angkatan darat, laut dan udara.
TUHAN selalu siap beri ampun dan ampun berlipat ganda bagi kita manusia yang pemutar-balikkan arti dan makna ‘4N’ yang seharusnya didaya-gunakan untuk kesejahteraan malah diarahkan untuk saling membinasakan. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Kelompok G-2o ada dan diadakan untuk cinta damai benci perang. Tapi apa yang terjadi? Perang di mana-mana cuma ditonton. Negara-negara dalam kelompok G-20 sendiri ada dalam suasana permusuhan dan peperangan. Entah perang panas atau perang dingin. Itu tetap namanya perang. Di sinilah letak adanya angkatan perang.
Ada ungkapan kuno, ‘Si vis pacem para bellum’, ‘Jika engkau menghendaki kedamaian, maka siapkanlah perang’. Ungkapan yang mengerikan. Masa’ mau damai, perang dulu. Pantas uang kalau di-rupiah-kan, dalam jumlah triliunan dihabiskan untuk kegiatan yang satu ini, buat alat perang dan berperang. Letakkan pacul, angkat senjata. Pabrik sepatu diganti dengan pabrik senjata. Itulah kebutuhan untuk perang. Tiga angkatan yang disatukan dengan nama angkatan perang diadakan oleh setiap negara dan kehebatan satu negara diukur dengan berapa kuatnya angkatan perang yang dimiliki.
Ironis. Sementara mulut berbusa-busa, pidato berkoar-koar serukan damai, tangan tetap genggam senjata, jari di pelatuk untuk siap muntahkan peluru terarah ke jantung sesama. Mau akui atau tidak, sebenarnya kita seluruh penduduk dunia saat ini munafik. Tangan kanan di atas meja, jari-jari jepit alat tulis tanda-tangan pakta perdamaian sementara tangan kiri di kolong meja genggam granat siap diledakkan.
Pakta
Pakta. Perjanjian. Kita manusia ini yang buat perjanjian. Apa saja dijanjikan untuk dibuat. Perjanjian itu antara dua pribadi, mulai dari keluarga sampai kepada bangsa-bangsa di dunia ini. Dalam keluarga, ada perjanjin antara laki-laki dan perempuan untuk berumah-tangga, entah itu perjanjian secara adat atau agama, pokoknya perjanjian yang saling mengikat.
Perjanjian terjadi karena dua pribadi, masing-masing terdorong oleh Nafsu untuk membuat atau mendapat sesuatu yang sudah dipertimbangkan dengan Nalar sambil mempertenggangkan sesama atas dorongan Naluri dalam keputusan sesuai Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Perjanjian yang paling aneh dan paling kejam adalah perjanjian untuk saling membunuh. Ada perjanjian yang dibuat dengan sengaja, penuh kesadaran, dengan tahu-mau dan terencana.
Perjanjian untuk perang. Siap perang kalau salah satu kawan diserang. Lawan sudah diketahui dengan jelas. Untuk mengetahui kekuatan dan kekurangan lawan, mata-mata disebarkan. Hidup saling curiga itu dianggap biasa dan upaya pertahanan diperkuat dari hari ke hari. Semakin kuat, semakin hebat.
Pakta. Perjanjian. Perjanjian yang satu ini yang sedang terjadi dan dibanggakan di dunia, perjanjian pertahanan, pakta pertahanan. Dengan penuh kebanggaan negara-negara di dunia ini pamerkan kekuatan, manusia dan senjata.
Militer. Siapa yang lebih kuat. Perlengkapan perang itu lengkap kalau ada perlengkapan angkatan darat, udara dan laut. Semua berlomba untuk memiliki senjata, semakin canggih semakin disegani.
Nafsu saling mengganggu selalu ada dan terus dikobarkan. Nafsu perang ini disalut dengan istilah manis, nasionalisme, cinta tanah air, siap bela Negara. Karena ada musuh, Nafsu bertahan pun dengan sendirinya muncul. Kalau sendiri tidak kuat, ragu-ragu, dibuatlah perjanjian pertahanan, pakta pertahanan. Satu diserang semua bangun untuk menyerang penyerang. Serentak.
Dlam kelompok ‘G2o’ secara terang-terangan mempunyai pakta sendiri-sendiri. Bertemu muka manis, jabat tangan, saling merangkul, sementara di belakangnya siap-siaga, melihat, mengintai, jangan sampai diserang. Rasa cemas menghantui pertemuan. Sengaja rasa cemas ini dipendam dengan dalih, menahan diri.
Tangan berkeringat menggenggam senjata. Setiap saat senjata siap menyalak. Sementara itu terus bicara, runding siang malam, kerjasama, janji, saling menolong. Tapi pedang tetap digenggam, terhunus, siap diayun. Ini sangat ironis. Kemunafikan global.
Kapan pakta pertahanan keamanan dihapus sehingga kita manusia di dunia ini bisa hidup aman dan nyaman? Mimpi? Tidak. Harus dihapus karena pakta seperti itu salah satu bentuk penjajahan dari yang kuasa dan kuat atas yang lemah dan dijajah.
TUHAN tidak ciptakan kita manusia untuk saling menjajah. Saling menolong. Itulah kewajiban kita.
Hak
Hak. Semua manusia ada hak. Hak atas apa saja, kecuali hidup. Tidak ada satu manusia pun yang ada hak atas hidupnya sendiri maupun hidup orang lain. Lalu hidup itu bergantung pada lingkungan hidup. Seluruh alam semesta ini adalah lingkungan hidup untuk ada kehidupan. Jadi lingkungan hidup itu bukan hanya terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup tetapi seluruh isi alam ini adalah lingkungan hidup. Kalau begitu, manusia tidak ada hak atas hidup sekaligus atas lingkungan hidup. Hak itu hanya ada pada pemiliknya, yaitu TUHAN. Alam ini ada Pemiliknya. Lalu kita manusia ada hak apa atas milik Sang Pemilik? Kita hanya ada hak untuk pelihara dan pakai sesuai kebutuhan. Kalau ada hak demikian, dengan sendirinya ada kewajiban untuk jaga, atur dan pakai sesuai kebutuhan.
Kita manusia ada Nafsu untuk pakai hak itu. Hak itu harus dipahami dengan pertimbangan Nalar yang jernih dan jujur. Hak juga harus dipakai dengan pertenggangkan sesama manusia secara adil . Dan yang paling utama, hak itu harus dipakai sesuai bisikan Nurani yang mengatakan bahwa segala yang ada ini ada Pemiliknya, yaitu TUHAN. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Kelompok mana pun termasuk kelompok ‘G 20’ yang terdiri dari Uni Eropa dan 19 Negara di dunia ini kalau bertemu, bicarakan kewajiban lebih utama dari pada hak. Kalau mulai bicara hak, maka pasti akan ada pertengkaran tidak ada ujung. Hak bisa bergeser dan berubah sewaktu-waktu. Kewajiban, tidak. Sejak awal kita manusia tercipta sampai akhirat, kewajiban tetap kewajiban, tak berubah dan tak tergeser, tak bertambah tak berkurang. Tetap. Apa itu? Kasih. Kasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Ini ditetapkan oleh TUHAN. Itulah kewajiban.
Kelompok ‘G-20’ kalau adakan pertemuan, itu pertemuan Kasih. Bukan pertemuan untuk kali-bagi hak. Pertemuan untuk saling sadarkan tentang kewajiban. Siapa bantu siapa. Itu kewajiban, bukan hak. Saling membantu. Itu bahagian dari Kasih. Semua manusia yang menyatakan diri anggota dalam Kelompok ‘G-20’ mempunyai kewajiban untuk saling mengasihi ke dalam dan ke luar. Bumi ini akan dihuni dengan penghuni yang tahu diri kalau tiap kita manusia sadar akan kewajiban yang pertama dan utama ini, saling mengasihi.
Kita di dunia ini sudah tergelincir jauh ke dalam filosofi yang keliru tentang hak sekian rupa sampai untuk mempertahankan hak itu yang bukan hak, dibuat senjata tumpul – tajam, api – atom. Manusia tanpa senjata bukan utopia. Mulai sekarang, kita harus merubah pikiran kita, bicaralah tentang kewajiban dari pada hak. Hak menjerumuskan, kewajiban mengarahkan. Lomba buat makan enak dan bergizi dari pada lomba buat senjata canggih yang mematikan.
Betapa indahnya hidup bersaudara di dunia ini. Wajib saling membantu, saling menolong, saling mengasihi. Inilah tema dasar untuk bertemu antara sesama manusia, termasuk pertemuan dari kelompok ‘G-20’.