Bertemu
Bertemu. Siapa bertemu siapa? Di mana? Kapan? Untuk apa? Manusia bertemu atas empat dasar. Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Nafsu, keinginan, dorongan untuk memperjuangkan dan memperoleh serta menikmati sesuatu yang baik, benar dan bagus.
Nalar, semua perangkat pengalaman dan pengetahuan yang dikerahkan untuk menemukan, merumuskan dan menyepakati lalu melaksanakan hal yang baik dan berguna untuk manusia.
Naluri, dorongan dalam diri makhluk yang namanya manusia, kita ini untuk hidup bersama secara damai, adil dan beradab.
Nurani, kesadaran kita manusia akan adanya PENCIPTA alam semesta termasuk diri kita manusia yang dari-NYA kita berasal dan kepada DIA kita menuju.
Bertemu atas dasar Nafsu saja, pasti ada kemauan untuk saling menggerogoti dan merampas milik sesama. Bertemu atas dasar Nalar saja, pasti akan terjadi saling memperdaya, tipu-menipu. Bertemu atas dasar Naluri saja, pasti terjadi rasa pilih kasih saling mencemooh dan saling mengkhianati satu sama lain. Bertemu atas dasa Nurani saja, pasti akan ada perlombaan cari siapa paling suci dan paling dekat dengan TUHAN sambil merendahkan satu sama lain.
Bertemu itu satu kegiatan luhur manusia dengan manusia yang mengungkapkan secara jujur dan tulus apa yang dikehendaki (Nafsu), sambil menguraikan pengalaman dan pengetahuan yang benar (Nalar), untuk tercapainya kesejahteraan bersama (Naluri) dalam terang iman akan adanya TUHAN Pemilik alam semesta (Nurani).
Bertemu harus atas dasar empat unsur dalam diri manusia ini yang dibentangkan dengan jelas maksud an tujuannya. Bertemu yang benar itu adalah pertemuan antara manusia dengan manusia yang pasti diberkati oleh TUHAN Sang Pemilik dan Penguasa alam semesta.
Bertemu itu memang kewajiban dari setiap kita manusia. Kewajiban itu datang dari TUHAN sendiri yang mengamanatkan sejak awal alam semesta ini ada dan diadakan untuk kita manusia. Bertemu untuk berunding tentang pembinasaan alam di manusia ini ada, laknat, apalagi berkomplot untuk pembantaian manusia oleh manusia, khianat. Bertemu harus dan wajib untuk tata alam dan rawat insan. Kita ada untuk bertemu hati dengan hati. Hati itu tidak ada warna. Hati itu bening. Kalau ada warna, maka itu bertemu untuk yang kabur semakin kabur dan tindakan apa pun yang dirancang dan dilaksanakan, takabur.
Bertemu itu tidak hanya manusia dengan manusia yang bertemu. Bertemu itu manusia dengan manusia sama-sama bertemu TUHAN. Itulah pertemuan, apa pun saja namanya, tetap TUHAN itu inti. Entah mau diakui adanya TUHAN atau tidak, bertemu tanpa TUHAN dijadikan sentral, maka pertemuan itu akan melenceng arahnya ke kepentingan sesaat yang sesat. Setiap manusia yang bertemu harus berdoa dan didoakan agar nafsunya tesalur secara terukur, nalarnya terarah seara benar, nalurinya terjalin secara tepat dalam nurani yang terarah secara ikhlas kepada TUHAN, SANG PENCIPTA.
- Tamu
Tamu. Kita menerima tamu, anggota G20. Sembilan belas rombongan akan berdatangan menyambangi Negara kita. Tujuan utama: sidang. Setiap tamu jaga martabat diri, datang dengan tulus pulang dengan mulus. Jarang ada tamu datang dengan akal bulus.Tamu biasa lihat keliling, jalan keliling, salami tuan rumah, kagumi apa saja yang terasa baru dan aneh. Tamu biasa membanding-banding, di tempat asalnya begini, di tempat bertamu begini. Suasana lain, orang-orang lain, suka-cita, rasa baru berbunga-bunga.
Tamu dijamu dengan berbagai atraksi. Harga diRi kita tuan rumah dipertaruhkan. Pengamanan di mana-mana, super ketat. Tamu celaka, kita bahaya. Nama hancur. Tamu jual tampang, kita jaga gengsi. Semua serba baik dipertontonkan baik oleh kita tuan rumah maupun oleh tamu yang bedatangan. Suasana persaudaraan penuh tawa dan mesra tersajikan selama tamu berada di Indonesia. Keaslian yang baik kita tampilkan, keaslian keriput kita sembunyikan. Inilah adat kebiasaan di mana-mana.
Hasil apa yang bakal kita peroleh dari pertemuan G20 nanti? Banyak. Utamanya, empat hasil yang akan dibawa pulang oleh para tamu.
Pertama: bendawi. Berkaitan dengan benda, materi. Kepentingan pemenuhan kerjasama menata dan mengolah lingkungan, benda-benda, dibahas dan diadakan berbagai pendekatan dan ditanda-tangani bermacam-macam MoU (Memory of Understanding). Ini terjadi karena setiap manusia, termasuk setiap tamu dan kita tuan rumah, ada Nafsu, dorongan untuk semakin menghasilkan dan menikmati barang-barang olahan hasil dari masing-masing negara. Wajar. Saling membantu, saling menguntungkan.
Kedua: ilmiah. Istilah alih-teknologi diharapkan terjadi secara lebih intensif lewat saling mengundang nantinya untuk bertukar ilmu dan teknologi baru yang tidak lebih merusak alam yang sudah mulai rusak. Iptek yang menyelamatkan bukan mencelakakan. Ini peran Nalar.
Ketiga: kekerabatan. Terjalin kekerabatan atas dasar sesama manusia yang harus saling membahagiakan. Tidak boleh terbersit secuil pun rasa saling mencurigai dan saling bermusuhan. Inilah Naluri yang murni dari setiap pribadi kita manusia. Mau damai, mau aman.
Keempat: kerohanian. Tamu-tamu harap pulang dengan suatu keheningan bathin karena melihat dan mengalami contoh bagaimana kita orang Indonesia mengasihi sesama dan mengabdi TUHAN, SANG PENCIPTA. Kegiatan Ibadah dan rumah-rumah Ibadat harap memancarkan sinar ilahi yang terpantul dari hati yang putih. Inilah karya Nurani.
Jadi empat hasil yang diharapkan ini bersandar pada empat unsur dalam diri manusia, Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani yang TUHAN tempatkan dalam diri setiap manusia (4N, Kwadran Bele, 2011).
Tamu-tamu silahkan datang. Tangan kami terbuka, hati kami lapang. Kita saling merangkul, enyahkan curiga ganti dengan ceria. TUHAN mau hal itu yang terjadi dalam pertemuan G20.
- Ikatan
Ikatan. Kita manusia ini terikat-satukan oleh tiga ikatan yang erat-terpadu . Ikatan Darah, Daerah, Darma. Tiga – D (3-D). Kalau ada ikatan ‘G20’ yang terikat dalam satu kelompok Uni Eropa dan 19 Negara, maka ‘3-D’ itu adalah ikatan semua umat manusia, lalu, kini dan nanti.
Ikatan Darah. Siapa di antara manusia yang mengaku berdarah lain dari sesama manusia yang lain? Kita berasal dari Darah manusia pertama yang diciptakan TUHAN dan kita ini adalah turunan yang terikat oleh Darah yang satu dan sama itu.
Ikatan Daerah. Daerah tidak terbatas pada pulau atau Negara. Daerah itu bumi ini. Kita semua terikat dalam bumi hunian kita sebagai satu noktah kecil di tata alam semesta.
Ikatan Darma. Darma itu bakti, karya, kerja. Kita semua terikat dalam satu Darma berbeda corak. Petani berdarma di sawah dan ladang, peternak berdarma di ladang dan kandang, nelayan berdarma di danau dan laut. Semua jenis darma itu terikat satu sama lain karena semua manusia yang terbagi-bagi dalam semua darma itu saling melengkapi saling memberi nafkah.
Ikatan Negara-negara dalam ‘G20’ sejatinya mengeja-wantahkan tiga ikatan dasar ini, Darah+Daerah+Darma. Bertemu di mana, kapan bertemu, ke-dua-puluh kelompok ini tetap bersandar pada Darah, Daerah dan Darma. Yang dibahas itu-itu juga. Darah jangan ditumpahkan dengan amarah. Daerah jangan dicaplok seenak batok. Darma jangan dilaksanakan sesuka-hati. Supaya tiga ikatan ini dilaksanakan secara adil dan damai, patutlah ‘G20’ bertemu dan syukur Daerah di Indonesia jadi tempat bertemu para pencinta damai.
Kita manusia ini ada empat unsur dalam diri kita: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011). Empat ‘N’ ini ditaruh dalam diri kita oleh PENCIPTA. Bukan diadakan oleh diri kita sendiri. Kita tinggal menumbuh-kembangkan dan mendaya-gunakan untuk hidup dengan sentausa.
Nafsu ada untuk mencari, memperoleh dan menikmati hasil Darma yang dihasilkan oleh sesama yang se-Darah dan tinggal di Daerah yang sama, bumi ini.
Nalar adalah kemampuan untuk mengalami dan mempelajari segala seluk-beluk diri kita dan alam semesta untuk digunakan secara baik dan benar.
Naluri adalah dorongan untuk kita sama kita bertemu, bekerja sesuai minat dan bakat dalam Darma yang berbeda dan saling melengkapi. Itu demi kebersamaan kita manusia agar sama-sama ada, sama-sama hidup.
Nurani itu kesadaran, bisikan, ada dalam relung diri setiap kita yang menyuarakan mana yang baik mana yang jahat agar kita semakin dekat pada DIA, PENCIPTA kita dalam kebersamaan dengan sesama.
Ikatan Darah, Daerah dan Darma terwujud-nyatakan dalam kebersamaan kita, biar jauh terpisah oleh waktu dan tempat di bumi yang satu dan sama ini. TUHAN senang kita bertemu, bersatu dan berkarya agar Darah yang luhur itu tetap mengalir dalam nadi setiap insan dengan tenteram, agar Daerah yang kita diami ini tetap terjaga dan tertata rapih, agar Darma yang kita laksanakan menghasilkan buah berlimpah-limpah.