Sesama itu artinya sama-sama. Sesama binatang, sesama manusia. Seorang menganggap orang lain itu sama. Sama dalam arti apa? Kepintaran? Kuasa? Harta? Tidak. Sama bukan dalam arti fisik, bakat, atau status. Sama dalam arti nilai, hakikat, martabat. Dia manusia, saya manusia. Sama-sama darah merah. Ini ungkapan nekat, dangkal, tidak manusiawi. Binatang pun berdarah merah. Manusia sama bukan karena warna darah.
Manusia sama karena sama-sama ada nilai yang sama, bayi sama nilainya dengan kakek. Perempuan sama nilainya dengan laki-laki. Nilai? Apa itu nilai? Ukuran? Harga? Tidak. Nilai itu hidup, kehidupan. Bayi dan kakek sama-sama hidup. Perempuan dan laki-laki sama-sama hidup. Maka bayi dan kakek adalah sesama. Perempuan dan laki-laki adalah sesama.
Lalu hakikat. Apa lagi itu? Hakikat itu isi dari kehidupan. Saya manusia. Saya hidup. Dalam diri saya ada isi. Isi ini sama dengan isi dalam manusia lain. Dalam diri bayi, isinya sama dengan isi yang ada di dalam kakek. Isi yang ada dalam diri perempuan sama dengan isi yang ada dalam diri manusia laki-laki. Isi yang ada dalam diri orang kaya sama dengan isi yang ada dalam diri si gembel.
Lalu martabat. Ah, apa lagi itu? Martabat itu jabatan? Bukan. Martabat itu urutan usia? Yang lebih tua martabatnya lebih tinggi dari yang lebih muda? Bukan. Martabat itu tingkat dalam urutan ciptaan. Batu itu benda yang paling rendah karena tidak ada kehidupan di dalamnnya. Batu benda mati.
Tumbuhan lebih tinggi dari batu karena ada kehidupan, bisa tumbuh. Benda hidup. Binatang lebih tinggi dari tumbuhan karena hidup, bisa berpindah dan ada perasaan yang umum dikenal dengan istilah ‘naluri’ atau ‘instink’. Manusia? Manusia itu benda mati yang punya kehidupan dan bisa bergerak, ada perasaan lalu ada akal, tambah lagi ada budi. Martabat ini dengan kata lain, harkat atau derajat. Manusia yang martabatnya paling tinggi.
Nilai + Hakikat + Martabat ada dalam diri manusia secara sama, maka manusia dengan manusia yang lain disebut sesama, sama-sama. Kata Indonesia, sesama ini sangat tepat. Berdasarkan kesamaan inilah maka namanya manusia harus saling menghargai, saling menghormati, saling mengasihi. Dan tiga hal ini, ‘Nilai+Hakikat+Martabat’ ini manusia dapat dari mana? Bapa-mama? Leluhur? Itu turunan. Lalu turun dari mana? Itu asal-usul. Asal datang dari mana, usul datang dari mana? Jadi manusia ada dan itu berarti turun dari mana dan datang dari mana? Dari Yang Maha Ada. Dia Yang adakan, berarti Dia Yang ada hak atas manusia. Dan Dia inilah Yang tempatkan manusia di bumi ini dan sekali waktu akan kembali ke Dia.