Saya ada, engkau ada, dia ada. Saya dengan kerabat saya, kami. Saya dengan kerabat saya jadi satu, kita. Engkau dengan kerabatmu, kamu. Dia dengan kerabatnya, mereka. Semua istilah ini: saya/aku, engkau, dia, kami, kita, kamu, mereka, pusatnya itu ada di saya. Saya ada dan bisa berkata saya, engkau, dia, kita, kami, kamu, mereka. Selain diri saya, orang lain itu ada dan saya akui mereka dengan ungkapan penunjuk kepada orang yang sama dengan saya. Ada persamaan, sama-sama manusia. Maka saya dengan orang lain itu saling menyapa. Tidak ada alasan untuk saling memusuhi.
Saya lihat orang lain, butuh orang lain, ini NAFSU saya. Saya pelajari sifat orang lain, ketahui orang lain, kenal dia punya kemampuan, ini NALAR saya yang mengajar saya.
Saya senang dengan orang lain, saya butuhkan bantuan orang lain, ini NALURI saya yang dorong saya. Saya sayang orang lain, biar dia musuhi saya juga saya berusaha damai dengan dia, saya tetap sayang dia karena dia itu orang baik, saya yang salah, saya minta maaf. Ini bisikan NURANI saya.
Empat unsur dalam diri saya ini, NAFSU, NALAR, NALURI, NURANI, 4 N (‘Kwadran Bele’, 2011) adalah pemberian dari Pencipta kepada diri saya untuk ada sebagai manusia yang istimewa, unik, tidak ada duanya, dan bisa ada karena DIA, PENCIPTA, bisa ada karena ada orang lain, dia, engkau, kamu, mereka. Tidak mungkin saya ada tanpa adanya orang lain.
Bapa saya, dia. Mama saya, dia. Bapa dan Mamua, mereka. Om dan tanta, kamu itu saudara dan saudari dari Bapa dan Mama saya. Saya berhadapan dengan mereka semua, Bapa, Mama, Om, Tanta. Mereka semua ada peranan dalam adanya saya. Waktu saya lahir, katanya Om dan Tante juga hadir tolong Mama dan Bapa saya. Ini keluarga saya. Ada kakak saya, ada adik saya. Mereka semua saudara-saudari saya. Saya ada keluarga dekat, keluarga jauh. SAya ada teman sekolah, dulu dan sekarang ada teman kerja. Saya kenal tetangga, warga RT, RW, Kelurahan. Ada yang saya kenal, ada yang saya tidak kenal. Tapi saya dengan mereka disatukan dalam satu perkumpulan dari sudut pemerintahan, saya warga RT, RW, Kelurahan sampai tingkat Negara dan Dunia. Dari sudut Agama, saya ada pemimpin agama dari yang paling bawah sampai yang paling tinggi. Kepada mereka saya taat. Itulah saya. Dari sudut tempat tinggal, saya ada di Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Negara Indonesia, Benua Asia, Dunia.
Saya ada ini tidak atas kehendak saya sendiri. Saya tidak pernah pesan harus lahir dari Mama yang mana, di kota mana, pada waktu apa. Saya ada dan terima adanya saya itu apa adanya. Tugas saya, akui diri sebagai saya dan akui orang lain sebagai dirinya yang sama dengan saya yang sama-sama manusia.
Saya punya NAFSU untuk ada dengan segala daya untuk terus hidup, saya punya NALAR untuk pikir hari esok, saya punya NALURI untuk akrab dengan orang lain supaya aman dan dami, saya punya NURANI untuk mengasihi orang lain sebagaimana saya pun ingin dikasihi oleh orang lain supaya ada rasa bahagia. TUHAN tahu semua itu.