Mereka dari sudut Filsafat

 

Mereka itu apa? Jangan pusing dengan mereka. Mereka ada atau tidak, kita tidak rugi, tidak untung. Sebaiknya mereka jangan ada di muka bumi ini. Kalau mereka tidak ada, dunia akan tenang. Ini ungkapan kebencian paling sadis yang pernah terjadi, dan sampai sekarang masih terjadi baik dalam skala kecil maupun besar. Mereka berusaha hidup dan mempertahankan diri. Ini NAFSU. Segala macam ilmu dan teknologi dipakai untuk saling menghancurkan antara mereka dan di luar mereka. Ini NALAR. Terjadi blok, blok mereka dan kita. Ini NALURI. Mereka berdoa kepada TUHAN supaya musuh-musuh mereka musnah. Kita juga berdoa kepada TUHAN supaya mereka kena kutuk tujuh turunan. Ini NURANI. Dalam  kutipan di atas, 4 N (NAFSU + NALAR+ NALURI +NURANI, Kwadran Bele, 2011) dipakai secara salah, bertentangan dengan kehendak Pencipta.

Aih, untung ada mereka, kalau tidak, kami sekeluarga sudah habis. Mereka yang ingatkan kami bahwa jembatan itu hampir runtuh. Kami tidak jadi lewat. Ada banjir dan jembatan hampir terhanyut. Ini ada kaitan dengan benda, jembatan dan kendaraan kami. Masuk ranah NAFSU. Untung ada yang kasih ingat dengan tanda daun-daun ditumpuk  sebelum jembatan, dan kami tanya, kenapa, dibilang, jembatan mulai goyang. Padahal kami punya sopir tancap gas supaya cepat lewat sementara hujan deras. Ini NALAR. Mereka tolong kami biar tidak kenal kami. Ini NALURI untuk saling menyelamatkan. Kami bersyukur, TUHAN, untung mereka ada dan beritahu kami. Kalau tidak, apa jadinya dengan kami, seluruh keluarga saya, isteri dan tiga anak, kami lima orang, satu keluarga tutup buku. Ini NURANI. Ini pengejawantahan dari 4N secara benar, baik dan berguna.

Mereka itu tetap bahagian dari saya, engkau, dia, kami, kita, kamu. Ini satu kesatuan dalam nama yang berbeda, ada sama-sama, diadakan oleh DIA, Yang Maha Ada. Kita tinggal di Indonesia. Ada orang tinggal di Jepang. Mereka di Jepang bukan diadakan oleh kita. Kita juga tidak diadakan oleh mereka di Jepang. Kita manusia dengan manusia, tidak saling mengadakan. Kelahiran, keturunan itu dilihat dalam perspektif kita dan mereka. Kita orang tua, dan mereka, keturunan kita itu ada karena Kuasa dan Kasih dari DIA. Kita orang tua, mereka turunan kita. Jadi adanya mereka itu tergantung dari adanya kita yang sudah lebih dahulu ada dari mereka. Mereka dan kita ada bersama untuk hidup dan memuja DIA Sang Pemberi hidup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *