Dengar kata filsafat saja langsung dahi berkerinyut, wah, itu omong di awang-awang, kita tidak mengerti. Inilah kesan tentang filsafat. Padahal semua manusia itu berfilsafat tiap saat. Segala ucapan itu hasil filsafat. Tiap kata yang ke luar dari mulut itu adalah filsafat.
Kata itu kalau lisan, gabungan bunyi yang mempunyai arti, kalau ditulis, terdiri dari tanda-tanda yang disebut huruf. Kalau dalam sistem telegraf, titik-tidik dan garis-garis itulah kata-kata, kalau untuk orang bisu tuli, gerak-gerak itulah kata-kata dan ini hasil dari pemikiran tentang susunan bunyi, tanda atau isyarat yang mempunyai arti yang diungkapkan oleh seseorang dan dimengerti oleh orang lain, inilah yang dinamakan filsafat.
Filsafat itu secara umum dimengerti sebagai kegiatan manusia yang mencari dan mencintai kebenaran. Siapa di dunia ini yang tidak mencintai kebenaran? Jadi setiap orang yang mencintai kebenaran, dia itu berfilsafat. Sebagai ilmu, memang filsafat itu mempunyai disiplin sendiri. Orang berjualan sayur di pasar, itulah ekonomi. Jadi manusia itu manusia ekonom.
Hitung uang, pakai uang, beli barang. Itu ekonomi. Ahli ekonomi studi ekonomi dengan segala rumus-rumus dan teorinya. Tetapi untuk beli sayur di pasar, tidak perlu mendapat ijazah sarjana ekonomi. Begitu pun fisafat. Untuk berpikir dan berbicara benar tidak perlu ahli filsafat sebagai ilmu. Ungkapan umum bahwa filsafat itu ilmu gaib, sulit, angan-angan, itu tuduhan yang tidak berdasar.
Filsafat itu berpikir secara mendalam tentang segala yang ada dan mungkin ada, itu benar. Tapi itu bukan berarti yang berfilsafat itu hanya orang yang studi filsafat dan mendapat gelar kesarjanaan di bidang filsafat. Anjing itu binatang. Tiga kata ini saja sudah filsafat.
Mengapa binatang dalam bentuk itu disebut anjing bukan kucing, ini hasil filsafat, pemikiran yang dalam tentang pengelompokan binatang atas jenis tertentu dan memberi nama yang khusus supaya bisa dikenal oleh manusia.
Mengapa tidak dikatakan, ‘Anjing itu pohon’? Langsung orang yang mengucapkan itu disebut bodoh malah gila. Harus dibantah, ‘Anjing bukan pohon, karena anjing bergerak dan bisa berpindah, sedang pohon tidak bergerak dan berpindah’. Kalau ada percakapan seperti ini, biar hanya beberapa kalimat, itu sudah filsafat
Filsafat itu membutuhkn karya nalar. Orang berpikir sama dengan orang berfilsafat. Hasil pikiran itu hasil filsafat. Umumnya orang begitu mengagungkan filsafat sampai filsafat itu begitu terasing dari dunia pembicaraan harian. Filsafat itu cari kebenaran, cinta kebenaran.
Jadi filsafat itu bukan milik segelintir orang. Filsafat itu hasil budaya manusia di tempat tertentu, pada waktu tertentu. Setiap manusia itu befilsafat sehingga jangan selalu berpatokan, ‘Menurut ini, menurut itu, menurut dan menurut’. Sendiri punya pikiran itulah filsafat dari diri dan untuk diri.
Pikiran orang lain boleh dikutip tetapi tidak boleh menjadi tolok ukur untuk berpikir sendiri. Kalau ‘menurut’ terus, kapan ‘menurut saya?’ Pendirian itu harus muncul dari diri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang khas diri saya. Itulah filsafat. Ayoh, jangan lagi tuduh filsafat itu aneh.