Dia dari sudut Filsafat

 

Dia saya kenal baik. Dia itu orang kaya. Dia itu sehat sekali. Dia punya badan gemuk. Dia punya rumah bagus. Dia punya oto ada beberapa. Ini semua perkenalan saya dengan dia dari sudut NAFSU. Nafsu saya dan nafsu dia bertemu dalam hal-hal bendawi, tubuh fisik (gemuk), harta (rumah,oto). Dia itu orang pintar. Kamus berjalan. Pendapatnya brilian. Ini masuk wilayah NALAR. Dia orang yang banyak bergaul. Dia punya teman banyak sekali. Kalau dia ada di mana orang pasti senang. Ini penilaian dari sudut NALURI. Dia orang yang baik hati. Dia suka tolong orang. Dia tidak gampang marah. Kita marah dia, dia diam saja, malah dia hanya tertawa dan minta maaf balik sama kita. Ini penilaian dari sudut NURANI. Lengkaplah penilaian saya yang sangat positif tentang dia berdasarkan ‘Kwadran Bele’, 4 N (NAFSU, NALAR, NALURI, NURANI).

Dia yang satu ini sombong sekali. Dia bangga dengan dia punya rumah, kebun ada berapa memang, dia ada peternakan, dia punya penghasilan limpah-limpah. Tidak ada orang di kota ini yang sama dengan dia. Ini penilaian yang negatif dari sudut NAFSU. Dia itu tahu semua. Kita omong apa sedikit langsung dia sambar, dia lebih tahu. Dia punya pendapat tidak boleh dilawan, dia akan marah dan kata kita semua ini bodoh. Ini penilaian tentang dia dari sudut NALAR. Jangan sebut dia, dia tidak pusing dengan orang lain, dengan kita-kita yang dekat ini saja dia tidak begaul. Ini dari sudut NALURI. Dia tidak pernah ada rasa salah, semua orang ini jahat, dia yang paling suci. Ini penilaian dari sudut NURANI. Penilaian yang sangat negatif. Benar atau tidak, itulah penilaian saya terhadap dia.

Dia dan saya, ada jarak, dari segi materi (NAFSU), dari segi pengetahuan (NALAR), dari segi pergaulan (NALURI) dari segi perasaan (NURANI). Dia lain saya lain. Memang, tidak mungkin sama. Jarak ini ada dua macam. Jarak yang saya jaga supaya tetap jauh karena saya dengan dia tidak cocok. Di lain pihak ada dia yang lain, yang jarak itu saya jaga supaya tetap dekat karena kami dua seperti kuku dengan daging, tak terpisahkan.

Hubungan antara dia ini dengan saya, dia itu dengan saya, dia, dia dan dia, namanya manusia, harus tetap ada jarak dalam arti yang positif, bahwa dia itu orang baik. Begitu pun hubungan saya dengan DIA YANG saya percaya PENCIPTA saya, harus tetap baik dan baik dari saat ke saat karena   DIA itu MAHA-BAIK.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *