Cipta dari Sudut Filsafat

 

 

Cipta itu mengadakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Komponis ciptakan lagu baru. Teman saya mendapat hak cipta atas karya tulisnya. Manusia mencipta sesuatu dan itu sah-sah saja dalam arti mengadakan sesuatu yang tidak ada sebelumnya menjadi ada, meskipun sudah ada kemiripan dengan apa yang dia ciptakan itu sebenarnya sudah ada dalam bentuk yang hampir sama.

Jadi bukan mencipta, tetapi menggubah, mengarang, merangkai, dari hal-hal yang sudah ada menjadi satu rangkaian baru, dan itulah yang dikatakan mencipta. Lagu ciptaan baru juga sebenarnya gubahan dari nada-nada yang sudah ada disusun baru sehingga disebut lagu ciptaan baru, dan penggubahnya disebut pencipta.

Hanya manusia bisa mencipta dalam arti hal yang lama dirangkai menjadi hal yang baru. Rumah gaya baru ciptaan arsitek yang dapat hak cipta atas cara barunya yang belum pernah dibuat oleh arsitek-arsitek terdahulu.

Karena itu disebut ini ciptaan dia. Gambar baru, patung baru, lagu baru, mesin baru. Ini hal-hal yang menyangkut benda-benda sebagai pemenuhan NAFSU manusia.

Karena ada dorongan dalam diri manusia yang disebut NAFSU, maka manusia tidak henti-hentinya membuat hal-hal yang baru sesuai selera. Manusia mencipta atas dasar NAFSU. Manusia juga mempunyai unsur dalam dirinya, NALAR.

Unsur ini menggerakkan manusia untuk tidak puas dengan apa yang ada sehingga berpikir dan berpikir, mencoba dan mencoba sampai ada hal yang baru. Yang baru itu disebut ciptaan baru dan mendapat hak cipta, hasil NALAR. Pergaulan manusia mendorong NALURI dalam diri manusia untuk menciptakan suasana baru, mode pakaian baru, cara menolong yang baru. Ini hasil NALURI.

Dalam diri manusia ada NURANI yang mendorong manusia untuk berkontak dengan YANG ILAHI atas cara yang baru, maka diciptakanlah doa baru, lagu baru, gaya ibadat baru, gaya berkotbah baru. Ini hasil dorongan NURANI. Perpaduan NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI, 4 N, (Kwadran Bele, 2011), mendorong manusia untuk menghasilkan karya cipta baru. Hal yang sebelumnya tidak ada dalam arti hal lama menjadi hal baru. Ini ciptaan manusia.

Hanya TUHAN dapat mencipta dari tidak ada menjadi ada. Alam semesta termasuk diri kita manusia, adalah hasil karya cipta Allah sehingga kita menjadi diri sebagai ciptaan dari PENCIPTA.

Dalam diri kita manusia ini ALLAH menciptakan bahagian-bahagian yang menyatu dan bahagian-bahagian itulah yang dapat dibedakan atas empat bahagian, 4N. Manusia diberi kuasa oleh PENCIPTA sendiri untuk turut mengembangkan, memelihara dan melanjutkan ciptaan yang sudah ada.

Hidup ini mencipta. Manusia pencipta dari yang ada menjadi ada yang baru. Hak cipta itu ada pada manusia karena diberi kuasa oleh PENCIPTA. Manusia ciptakan menu makanan yang baru yang lebih enak. Boleh. Pada awal kebudayaan, manusia pakai cawat, berkembang dengan ciptaan peralatan baru, ada pakaian baru dengan gaya baru. Ini turut mencipta bersama PENCIPTA, TUHAN.

Daya cipta, karya cipta, diperkenankan oleh ALLAH untuk keberlangsungan hidup manusia dari yang baik menjadi lebih baik. Tidak diperkenankan menciptakan hal-hal atau barang-barang yang merusak diri manusia, sesama, dan alam sekitar. Itu bukan mencipta, tetapi merusak.

Kemampuan mencipta itu diberikan PENCIPTA kepada ciptaannya yaitu manusia ini untuk mengembangkan yang sudah ada ke arah yang lebih baik dan berguna untuk diri manusia itu sendiri. Kemampuan mencipta yang disalah-gunakan untuk merusak ciptaan yang ada merupakan kejahatan manusia melawan SANG PENCIPTA.

Kita manusia diciptakan untuk turut mencipta bersama PENCIPTA dalam arti bertanggung-jawab untuk memelihara diri, sesama dan alam semesta menjadi lebih baik dan terus baik sampai akhir dari segalanya ini tiba, dan itu kapan, kita manusia tidak tahu, hanya PENCIPTA itu Sendiri yang tahu karena DIA MAHA-PENYELENGGARA  dan MAHA-TAHU.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *