Tepat. Satu kata yang sering kita ucap tapi sering kita langgar. Tepat bisa menyangkut waktu, tempat, sasaran. Tepat waktu, biar sering terlambat dengan berbagai alasan. Tempat yang tepat sesuai keadaan biar sering bergeser sedikit-sedikit.
Sasaran yang tepat, biar sering melenceng. Kita manusia ada Nafsu untuk memenuhi dan menikmati saat yang tepat, tempat yang tepat dan tujuan yang tepat.
Kita ada Nalar untuk memikirkan semuanya itu dengan matang. Naluri kita menuntun untuk tepat dan tepati semua rencana yang baik bagi diri dan sesama. Nurani kita tenang karena tepat sesuai keinginan Nafsu, pertimbangan Nalar dan dorongan Naluri. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Patokan jelas, tepat itu dari TUHAN. Kurang atau tidak tepat itu dari kita manusia. Waktu, tempat, sasaran dari hidup ini sudah tepat dan tetap. Tidak mungkin ada kekeliruan waktu, tempat dan sasaran dalam hidup kita yang berasal dari TUHAN. Tujuan dari Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani kita itu jelas, tepat, tetap. Itu sudah Rencana dan Penyelenggaraan TUHAN.
Filsafat itu harus ada dasar yang kokoh dan itu dalam kesadaran akan adanya TUHAN. Pada TUHAN ada kebenaran mutlak. Filsafat itu cinta kebenaran. Lalu kebenaran itu apa?
Masalah filosofis sampai sekarang ini muncul karena ada pendapat bahwa filsafat itu harus berdasarkan akal sehat, segala yang dapat dicerna akal. Inilah dasar keangkuhan manusia yang muncul dari pemisahan antara ‘Theologi’, Pengetahuan tentang Tuhan, dan ‘Filsafat’, pengetahuan sedalam-dalamnya tentang segala sesuatu yang dapat dimengerti dengan kekuatan akal. Mana mungkin mau menyelami adanya TUHAN dengan kekuatan akal.
Tepat itu hanya ada pada Tuhan. Kita manusia ini selalu melenceng ke sana-sini. Nafsu bercabang, tidak tepat, Nalar melayang, banyak kekeliruan, Naluri timpang, bergaul pilih-pilih, Nurani keruh, kurang ingat TUHAN.
Tepat itulah gerak hidup saya, anda, dia, kita. Tetapkan waktu yang tepat. Tempat sudah tepat, jangan disesali. Sasaran tetap yang sama, kebahagiaan abadi. Itu semua hanya ada pada TUHAN.