Pesta

 

Pesta. Ada musik, ada tarian, ada tawa-ria. Hiasan rupa-rupa. Ada yang memestakan, ada yang dipestakan. Berpesta, suasana pesta. Hidangan berlimpah. Makanan dan minuman tersaji. Setiap orang sesuka hati mencicipi hidangan sesuai selera. Nafsu manusia terarah kepada hal yang senang-senang seperti ini.

Maunya pesta terus, siang-malam. Nalar manusia mendorong untuk memikirkan dan mencari pesta di mana dan kapan saja. Naluri manusia terpuaskan oleh hadirnya sesama dalam pesta. Nurani manusia merasa bahagia karena suasana ramah, tenang dan damai dalam pesta. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Hidup ini pesta. Setiap orang ada dan nikmati pesta. Siapa tuan pesta dan siapa undangan? Setiap pribadi manusia itu tuan pesta sekaligus undangan sebagai peserta dalam pesta yang sedang berlangsung. Ruang pesta adalah seluruh alam semesta ini. Heran kalau ada orang yang merusakkan ruang pesta serta memorak-porandakan hiasan yang ada di dalamnya. Heran juga bahwa ada orang yang berkelahi di ruang pesta. Itulah hidup yang adalah pesta.

Dalam pesta ini tidak boleh ada mabuk-mabukan. Yang biasa disebut mati, meninggal dunia, sebenarnya pindah ruang. Tetap pesta yang sama. Hanya bedanya, di ruang dalam itu segalanya kekal. Bunga tidak layu lagi, daun tidak lagi gugur.  Terik matahari tidak menyengat dan dinginnya salju tidak menusuk. Yang namanya capai, sakit, susah, lenyap. Hidup yang sekarang ini persiapan ke arah  hidup yang baru itu, abadi.

Nafsu kita diberi oleh Pencipta untuk menikmati pesta sepuas-puasnya tanpa lewat batas. Nalar kita diberi oleh Dia untuk mengalami dan memahami makna pesta. Naluri diberi untuk menikmati pesta dalam kebersamaan, bukan sendiri-sendiri atau saling gontok-gontokan. Nurani diberi untuk meresap makna pesta dalam keheningan yang penuh damai.

Pesta itu hidup, hidup itu pesta. Alangkah indahnya hidup ini kalau saya, anda, dia, kita merayakannya dengan gembira. Tidak ada susah? Tidak ada sakit? Yang namanya susah, sakit itu sebenarnya ibarat dalam pesta, kita angkat meja, atur kursi, kerja yang melelahkan, yang masak di dapur asap masuk di mata. Itu bukan siksaan, bukan kutukan.

Hidup ini pesta. Mari kita rayakan.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *