Pelihara. Pelihara badan. Itu untuk diri. Pelihara anak. Pelihara hewan. Pelihara tanaman.
Hidup itu rentetan pelihara ke pelihara. Kita manusia pelihara diri. Nafsu kita ada itu untuk pelihara diri mulai dari makan, minum, pakaian sampai ke perumahan. Ini semua ada dan dibuat oleh kita manusia dalam rangka pelihara diri. Nalar kita ada untuk mengetahui dan mengalami cara pelihara diri, pelihara sesama, pelihara hewan, pelihara tumbuhan, pelihara alam. Naluri kita ada untuk saling pelihara antara kita sesama manusia. Nurani kita ada untuk sadarkan diri kita bahwa saya, anda, dia, kita dipelihara oleh SANG PEMELIHARA, PENCIPTA kita.
Kegiatan pelihara-memelihara itu terjadi sebagai kerjasama antara Nafsu+Nalar+Naluri+Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Ada kebiasaan suku Buna’ di pedalaman Pulau Timor, setiap rumah harus pelihara hewan di rumah. Mulai dari ayam, kucing, kambing, babi sampai kepada kerbau, sapi, kuda. Untuk apa pelihara hewan? Pertama sebagai pelindung. Kedua sebagai penolong. Ketiga sebagai pembantu. Keempat sebaga penambah penghasilan.
Fugsi pertama, pelindung. Itu yang paling penting. Kalau pemiliknya terkena penyakit atau bahaya apa pun saja, ada keyakinan bahwa hewan peliharaan yang pertama-tama menjadi korban. Malapetaka itu menimpa hewan peliharaan baru menimpa tuannya.
Fungsi kedua sebagai pelindung. Ini terlihat jelas pada anjing peliharaan. Kalau ada orang asing, terlebih pencuri, anjing akan menggonggong, menyerang musuh dan melindungi tuannya.
Fungsi ketiga sebagai pembantu. Ini terlihat pada peran kuda yang menjadi kuda beban dan kuda tunggangan.
Fungsi keempat sebagai usaha menambah penghasilan keluarga. Babi dan kambing dapat dijual untuk mendapat tambahan penghasilan.
Pelihara berarti jaga dan atur supaya hidup. Kalau sebaliknya, apa? Merusak, jadi perusak. Kata-kata seperti merusak, membasmih, membunuh adalah lawan dari pelihara.
TUHAN pelihara kita. Lalu kita? Saling pelihara.