Musim itu penentu waktu. Suku Buna’ di pedalaman pulau Timor kenal dua musim, kemarau dan hujan. Ini umum di daerah tropis. Dalam bahasa Buna’, pan porat, musim kemarau, pan salan, musim hujan. Satu tahun dibagi atas dua musim ini saja. Hari, minggu, bulan, tidak ada. Bulan demi bulan dilewati saja sambil menanti musim hujan atau musim kemarau.
Jam juga tidak ada. Hari dibagi dua. Pan le, siang dan pan ene, malam. Tidak ada jam. Sehari tidak dihitung atas jam, tetapi hanya antara dua saat ini saja, tengah malam, ene wese, tengah hari, hot mugun ba’, matahari di atas ubun-ubun. Hidup tidak diburu waktu tetapi memburu waktu. Hidup tidak dikuasai waktu tetapi waktu dikuasai manusia. Itulah salah satu pola hidup manusia, yang dihidupi oleh suku Buna’.
Suku Buna’ ada istilah Nopil saya punya tenaga, saya punya kemauan, yang saya artikan dengan kata Nafsu.
Suku Buna’ ada istilah Nawas, saya punya dahi, saya punya pikiran, yang saya artikan dengan kata Nalar.
Suku Buna’ ada istilah Nezel, saya punya perut, tali pusar, keturunan, yang saya artikan dengan kata Naluri.
Suku Buna’ ada istilah Nimil, saya punya hati, rasa sayang, yang saya artikan dengan kata Nurani.
Empat kata bahasa Buna’ : Nopil, Nawas, Nezel, Nimil inilah cikal-bakal munculnya empat N dalam bahasa Indonesia: Nafsu, Nalar, Naluri, Nurani. Empat N ini dikaruniakan oleh TUHAN kepada manusia untuk menempuh hidup di dunia ini. Musim dilewati oleh Suku Buna’ dengan 4 N ini.
Manusia dianggap utuh kalau menghidupi hidup ini dengan perpaduan 4N ini secara wajar, seimbang, bertanggung-jawab. Oleh suku Buna’, secara sadar, meyakini 4N ini sebagai bahagian atau unsur dalam diri manusia.
Saya membuat penelitian dan permenungan selama enam tahun, di kalangan suku Buna’, 2005-2011, tentang 4N ini sebagai pemenuhan tugas masa studi doktoral saya dalam studi pembangunan di Universitas Kristen Satya Wacana, UKSW, Salatiga. Empat N ini saya lukiskan kesatuannya dalam diagram, satu segi empat dibagi empat atas empat bahagian yang sama, maka disebut ‘Kwadran Bele’ 2011.
Oleh para pembimbing dan penguji diterima sebagai satu rumusan yang khas, maka selanjutnya dipakai istilah ‘Kwadran Bele’ atau dalam jurnal internasional di-Inggris-kan dengan istilah ‘Bele Quadrant’ yang terdiri dari empat unsur: desire (Nafsu), reason (Nalar), instinct (Naluri), conscience (Nurani).