Mulai

 

Mulai. Mulai pikir, mulai tulis, mulai baca, mulai kirim. Ini proses munculnya artikel di ‘Kompasiana’. Mulai sesuatu disusul dengan mulai yang lain. Tidak mungkin mulai pikir dan pikir terus. Tidak mungkin mulai tulis dan tulis terus. Sebenarnya hidup ini mulai dengan mulai dan terus mulai.

Sambung-menyambung dari mulai ke mulai. Kapan berakhir? Seseorang hidup delapan puluh tahun lalu meninggal. Secara sederhana disebut mengakhiri hidup di dunia. Lalu apa? Yah, mulai hidup yang baru. Itu ada dalam kepercayaan kita bahwa hidup manusia ini tidak berakhir dengan kematian tetapi berlanjut terus dalam hidup di keabadian.

Nafsu kita manusia ini maunya mulai yang baru dan baru terus. Nalar kita mau tahu dan alami yang baru. Bosan dengan yang itu-itu saja. Naluri kita mau bertemu sobat baru, rekan baru, kegiatan baru yang melibatkan sesama. Nurani kita tenang dengan hal baru disusul dengan ketenangan baru. Mulai tenang, mulai damai. Itulah hidup, mulai dari awal dan tidak ada akhir. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Hidup kita menjadi hambar kalau tidak mulai lagi dengan hal yang baru. Hari mulai malam lalu berlangsung sampai tiba pagi hari. Detik lama berlalu dan mulai dengan detik baru. Mulai menit baru, jam baru, hari baru, minggu baru, bulan baru dan tahun baru. Itulah rentetan mulai dan mulai.

Dengan empat unsur dalam diri kita, Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani kita manusia mulai menapaki hidup ini dengan mulai dan mulai. Kalau sudah mulai pikir, selanjutnya mulai buat, disusul dengan mulai cari tahu yang baru dan mulai renung yang baru.

Nafas pun berganti dengan mulai hembus disusul mulai hirup udara baru. Tarikan nafas disusul dengan hembusan nafas dan ini mulai disusul mulai.

TUHAN Pencipta kita yang mulai segala sesuatu ini termasuk hidup dalam diri kita pun dimulai oleh TUHAN. Mulai hidup dan terus hidup. Mulai hidup sehat. Mulai sakit. Mulai sembuh. Mulai silih berganti dari mulai ke mulai. Maunya TUHAN itu kita mulai yang baru secara baik, benar dan bagus. (3-B).

Mulai baik disusul dengan mulai buruk. Ini yang tidak dikehendaki oleh TUHAN. Kecenderungan dalam diri kita memang ada untuk mulai yang baik dan benar itu terus. Tetapi selalu ada godaan untuk mulai yang baik diganti dengan mulai yang buruk. Paling ngeri kalau mulai yang buruk disusul dengan yang buruk lagi sehingga diri kita dari buruk ke buruk sampai pada tingkat jahat.

Kalau sudah mulai baik, yah, harus disusul dengan mulai lagi baik yang lain. Selang seling baik dan buruk, buruk dan baik inilah yang menjadikan diri kita manusia hidup sengsara. Kalau mau senang, mulai nikmati yang baik. Kalau mau gembira, mulai pikir yang baik. Kalau mau puas, mulai bergaul secara baik dengan sesama. Kalau mau bahagia, mulai  sandar pada yang baik terutama pada YANG MAHA BAIK.

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *