Maaf. Tanpa maaf, umat manusia sudah lama punah. Maaf itu bukan sekedar kata. Sering terucap, ‘Maaf lahir bathin’. Ungkapan ini sarat makna. Maaf lahir, menyangkut unsur Nafsu dalam diri kita manusia. Timbang untuk minta maaf dan memberi maaf terlahir dari Nalar kita manusia. Maaf diminta dan maaf diberi adalah tindakan Naluri yang ingin hidup aman dengan sesama. Maaf bathin, ini ungkapan terdalam dan terindah dalam sikap kita, saya, anda, dia dan kita. Maaf secara bathin itu ibarat air jernih yang sejuk di lubuk yang dalam. Jadi maaf itu terlahir oleh rentetan tindakan dari Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Tiada maaf bagimu. Ungkapan ini sangat berbahaya dan membahayakan bagi diri yang mengungkapkan dan bagi orang yang ditujui. Tiada maaf itu berakhir pada sikap memusuhi sampai membunuh sesama. Ini yang tidak boleh terjadi. Harus diakui bahwa secara kodrati kita manusia ini berada di antara dua kutub magnit, kutub kejahatan dan kutub kebaikan, kutub benci dan kutub kasih. Tarik menarik antara dua kutub ini sangat kuat dan setiap saat kita manusia oleh salah satu dari kutub ini, entah yang baik atau yang jahat.
Maaf adalah obat penyembuh luka antara yang melukai dan dilukai. Kita kalau sudah terseret oleh arus magnit kutub kejahatan, pasti ada pihak yang dicederai. Segera minta maaf supaya diberi maaf. Permohonan maaf dari yang mencederai. Pemberian maaf oleh pihak yang dicederai. Mohon maaf karena bersalah. Beri maaf dari yang sudah disakiti.
Siapa yang paling disakiti dalam hidup ini? DIA, PEMBERI hidup.