Nafsu. Itu keinginan, dorongan dalam diri kita manusia untuk menikmati apa saja. Dorongan dan keinginan paling pertama, mau nikmati tiga hal ini, sandang, pangan, papan. Sejak bayi, manusia diberi sandang supaya tidak kedinginan. Semakin besar, mulai pilih-pilih sandang model apa, warna apa. Ini wajar. Biasa disebut, sandang. Dorongan lain yaitu mau nikmati makanan dan minuman. Ini disebut pangan. Dorongan selanjutnya, mau aman dan nyaman dalam tempat khusus, kamar, rumah. Itu yang disebut papan. Sudah lazim tiga dorongan dan kebutuhan ini disebut kebutuhan pokok: sandang, pangan, papan. Untuk nikmati ini semua, harus ada Nafsu. Nafsu dalam arti positif, keinginan yang wajar dan dorongan yang baik untuk miliki dan nikmati semua kebutuhan.
Nafsu ada untuk menikmati berdasarkan dorongan ini supaya kita manusia bisa hidup. Sandang tidak ada, bisa mati kedinginan. Pangan tidak ada, bisa mati kelaparan. Papan tidak ada,bisa mati keleleran. Supaya hidup, kita harus memperoleh tiga kebutuhan ini sebagai milik yang kita nikmati dengan bebas tanpa beban. Nafsu juga ada untuk menikmati hal-hal lain seperti pendidikan dan kesehatan. Nafsu juga ada untuk menikmati hiburan.
Kita manusia membutuhkan jenis-jenis kebutuhan ini. Kebutuhan pokok, sandang, pangan dan papan. Kebutuhan penting, pendidikan dan kesehatan. Kebutuhan perlu, hiburan. Jadi ada urutan: pokok, penting, perlu. Sering tiga macam kebutuhan ini dibolak-balik, kebutuhan ‘perlu’ diutamakan, kebutuhan ‘pokok’ diabaikan. Akibatnya, kesasar. Ada juga tindakan tidak terpuji, memperoleh dan meniktati kebutuhan dengan cara yang jahat: Korupsi, Kolusi, Nepotisme. Hasilnya, ketidak-tenangan dalam bathin.
Nafsu untuk memiliki dan menikmati apa saja, boleh dan harus. Tetapi harus diingat, Nafsu harus dikendali oleh Nalar, dibatasi oleh Naluri dan diteduhkan oleh Nurani. Inilah kerjasama antara empat unsur dalam diri kita, Nafsu+Nalar+Naluri+Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Satu hal yang sangat-sangat penting, kita manusia ini boleh mengingini dan memiliki kebutuhan pokok, penting dan perlu, dengan cara yang jujur. JUJUR. Tidak lewat batas ikuti Nafsu, tidak tipu-tipu lawan Nalar, tidak egois lawan Naluri dan tidak munafik lawan Nurani. Kendali Nafsu, segarkan Nalar, pertimbangkan Naluri, perhatikan Nurani. Inilah yang disebut karakter pribadi yang baik di hadapan sesama dan TUHAN. Hidup jujur yang ini.