Hasil

 

Kalau usaha kita manusia berhasil, maka hal-hal ini yang terjadi. Kalau keinginan Nafsu tercapai, biasa kita ucap terimakasih. Kalau Nalar menambah pengetahuan baru, kita dapat ucapan, hebat. Kalau Naluri kita menemui yang kita rindu maka kita saling mgucapkan salam. Kalau Nurani kita mencapai satu situasi tenang dan damai, tercetuslah ucapan syukur tak terhingga. Terimakasih, hebat, salam, syukur adalah empat hasil,  hadiah yang kita peroleh lewat Nafsu+Nalar+Naluri+Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Hidup itu mengejar hasil dan hasil itu adalah empat ini: terimakasih. Nikmati makanan biar hanya sedikit,  pemberi dan penerima saling mengucapkan terimakasih. Ini pemenuhan keinginan Nafsu. Kalau jerih payah Nalar tercapai dengan penemuan pengetahuan baru, ungkapan yang diperoleh ialah, hebat. Bertemu dengan sesama, hasil dorongan Naluri,  langsung terlontar ucapan salam. Nurani memperoleh ketenangan dan kedamaian, muncul dengan sendirinya rasa syukur.

Kalau empat macam hasil ini tidak diperoleh, apa gunanya hidup. Sang PEMBERI hidup membuat manusia itu hidup dan menghasilkan setiap saat ungkapan terimakasih, pernyataan hebat, pemberian salam dan ppengucapan syukur.

Hidup ini untuk itu. Tidak pernah orang mengucapkan terimakasih atas perampasan hak untuk memperoleh makan-minum. Yang merampas menyalah-gunakan Nafsu dan yang dirampas haknya terganggu harapan Nafsunya. Nalar kalau disalah-arahkan, maka terjadilah tipu-menipu. Kata hebat, acungan jempol tidak terjadi. Kecewa dan marah menimpa penipu dan tertipu. Naluri selalu mendorong untuk bertemu dan saling memberi salam. Pencuri dan perampok tidak pernah memberikan salam kepada sasarannya. Sumpah serapah yang akan terjadi antar sesama manusia. Nurani kalau diganggu, maka pengganggu dan yang diganggu sama-sama saling kutuk-mengutuk.

Kalau hal-hal negatif ini yang terjadi, maka kacau-balaulah dunia ini. Dunia kehilangan terimakasih, yang hebat tidak muncul, salam tak terucap, syukur tak terungkap.

Terimakasih, teman! Wah, hebat saudara! Aduh, salam saudaraku! Syukur, TUHAN. Inilah wajah dunia yang seharusnya terjadi, bukan sebaliknya, bermuram-durja. Ayoh, gembira ria dalam dan bersama sesama di bawah naungan TUHAN PENCIPTA kita.

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *