Ganggu. Hidup ini hilang hidupnya kalau tidak ada yang ganggu. Jadi ganggu itu perlu. Ada yang mengganggu ada yang terganggu. Saling mengganggu. Itulah hidup. Mana ada orang yang sama sekali bebas dari gangguan. Semua manusia selalu mengganggu dan diganggu. Balas membalas. Bayi mengganggu mamanya. Mama mengganggu bayi untuk bangun dari tidur lelap kelamaan. Guru mengganggu siswa-siswi dengan berbagai tugas belajar. Siswa-siswi mengganggu guru dengan berbagai pertanyaan untuk dijawab.
Di pedalaman Pulau Timor, suku Buna’ biasanya membunyikan segala macam bunyi-bunyian kalau ada gempa bumi. Mereka percaya bahwa getaran gempa itu adalah  gangguan dari roh penjaga manusia yang mau mengetahui manusia masih ada atau tidak di tempat masing-masing. Bunyi-bunyian adalah tanda jawaban kepada roh bahwa manusia masih ada dan tidak tidur, tetap berjaga.
Nafsu manusia maunya semua serba enak, nyaman. Nalar manusia maunya semua jelas, serba gamblang. Naluri manusia maunya tenang, serba aman. Nurani manusia maunya teduh dan damai serba bahagia. Inilah harapan empat unsur dalam diri manusia, saya, anda, dia, kita. Perpaduan dalam diri manusia, Nafsu+Nalar+Naluri+Nurani menginginkan pribadi manusia tidak mau diganggu, tetap tenang-tenang saja. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Ganggu itu baik atau buruk tergantung dari tujuan pengganggu. Iblis, sumber segala keburukan, pasti mengganggu dengan tujuan untuk mengganggu manusia ke arah yang jahat seperti mengeluh, mengutuk, mengamuk dan menghancurkan alam atau sesama.
TUHAN, mengganggu manusia untuk sadar bahwa dirinya itu baik dan mengusahakan yang baik untuk diri dan sesama di dalam alam ini. Gigi tumbuh pada bayi dan menimbulkan rasa sakit, itu bukan ganggu dengan tujuan menyakitkan, tetapi ganggu gusi bayi supaya di sana tumbuh gigi untuk menggigit dan mengunyah makanan.
Ganggu dalam hal ini pertumbuhan. Sering kita manusia melihat pertumbuhan dan perubahan itu sebagai gangguan. Padahal itu adalah pertumbuhan, perkembangan, perbaikan, penyempurnaan dari yang baik ke arah yang lebih baik.
TUHAN sumber segala yang baik itulah yang memberikan kita manusia kebebasan untuk mengupayakan kesempurnaan dan semakin sempurna sampai kepada sempurna yang kekal. Tahap demi tahap menuju kesempurnaan inilah yang kita sangka gangguan. Bukan, itu bukan gangguan tapi sapaan, pemeliharaan terhadap kita manusia dari DIA, Yang Mahabaik.