Kaki. Lupa saya? Abaikan saya? Bahas yang lain, lalu saya? Ini keluhan kaki. Oh maaf. Lebih lanjut kaki berkata, tanpa saya kamu bisa tegak, berdiri, berjalan, berlari? Lagi sekali, kaki, maaf. Waktu saya ketik artikel ini kaki saya seperti sungguh-sungguh berbicara dengan saya. Itulah filsafat, penuh simbol, penuh makna. Menggali makna terdalam dari segala sesuatu, baik yang ada dan mungkin ada, dan temukan kebenaran, itulah filsafat. Kali ini tentang kaki.
Kaki. Kaki manusia, kaki binatang, kaki benda. Begitu penting kaki itu sehingga hidup manusia erat berkaitan dengan kaki. Ada tulang kaki, buku kaki, kuku kaki, mata kaki, jari kaki, telapak kaki.
Nafsu menggerakkan kaki kita untuk menjelajah dunia mencari dan menemukan apa yang diingini. Nalar kita mengarahkan kaki untuk menapaki lorong mana, cara mana harus ditempuh. Naluri kita mendorong diri kita untuk bergegas menemui kekasih di mana pun kapan pun dia berada. Kekasih kita sesama kita. Nurani kita membisikkan kepada kaki kita untuk jalan hati-hati menuju tempat yang benar dan tepat. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Kaki. Tumpuan kaki. Diharapkan. Tanam kaki. Beri harapan. Kaki tangan. Kelengkapan. Bekas kaki. Penjelajah. Kaki telanjang. Biasa-biasa. Kaki belalang. Ramping, cantik. Kaki meja, kaki kursi. Bisa tegak. Kaki bukit, kaki gunung. Awal pendakian. Kaki langit. Akhir perziarahan. Kaki gajah. Sakit. Kaki semutan. Kecapaian. Kaki lima. Lorong kehidupan. Kaki. Satu, dua, tiga. Ukuran sepanjang tapak kaki. Kaki seribu. Bersatu dalam berjalan. Kaki lurus. Kita manusia. Kaki kiri, kaki kanan. Lengkap. Kaki bengkok. Hewan. Kaki empat. Binatang. Kaki depan. Kaki belakang. Kokoh.
Maha Agung dan Maha Bijaksana PENCIPTA kita yang beri kita kaki. Pakai seturut Kehendak DIA, bukan kehendak kita. Berjalan pakai kaki, tata alam. Nafsu. Berlangkah pakai kaki, cari Ilmu. Nalar. Beranjak pakai kaki, rangkul sesama. Naluri. Bertekuk pakai kaki, menyembah TUHAN. Nurani. Lengkap.