Ampun. Salah dimaafkan. Dosa diampuni. Sering kita minta ampun pada sesama. Seorang anak dipukul oleh mamanya. Terdengar suara lirih tangisan si anak, ‘Mama, ampun, ampuuun’. Mama jatuh hati dan anak terbebas dari pukulan. Maaf untuk kesalahan kecil, ampun untuk kesalahan besar. Kata ampun terlontar dari mulut pemohon dan dijawab oleh pemberi ampun dengan memberi ampun. Dua belah pihak terbebas dengan kata ini, ampun. Hubungan yang retak terpulih oleh ampun. Mengampuni dan diampuni.
Ampun, ungkapan penuh rasa sesal yang ditujukan kepada Tuhan. Mohon ampun. Kalau sudah berdosa. Pantas kalau ada ungkapan keagamaan, Tuhan Maha Pengampun. Nafsu yang tidak teratur menyebabkan seorang jatuh dalam dosa. Nalar yang kabur membuat orang tidak lagi mampu melihat mana salah mana benar. Naluri yang sudah dilabur rasa iri dan benci membuat pribadi dengan pribadi yang lain saling menerkam. Nurani yang keruh mengaburkan segala yang murni jadi buram. Inilah dosa.
Hanya satu kata yang dapat menghapus coreng moreng ini dari diri manusia, ampun. Kata ampun sangat ampuh. Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani jadi teduh, tenang dan damai karena mohon ampun dan dapat ampun dari DIA MAHA PENGAMPUN. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Nafsu jalan tertatih oleh kerakusan. Itulah dosa. Nalar jadi kabur oleh tipu-muslihat. Itulah dosa. Naluri jadi tumpul terhadap derita sesama. Itulah dosa. Nurani tercemar oleh iri dan dengki. Itulah dosa. Semua ini dapat kembali pulih kalau Nafsu lurus, Nalar tulus, Naluri halus, Nurani kudus. Ini semua bisa terjadi lewat mohon ampun dan dapat ampun.
Hidup kita tidak tertindih beban dosa kalau ampun diminta oleh kita dan ampun diberi oleh DIA, PENCIPTA kita, MAHA PENGAMPUN.